Artikel teranyar yang saya posting di Kompasiana ternyata viral. Artikel yang berjudul Sepenggal Akun Bagus dan Akun Jelek di Gojek, sampai tulisan ini ditayangkan, telah dibaca lebih dari 61.000 kali dan menjadi tren teratas dalam dua hari ini.Â
Tidak menyangka sama sekali artikel sederhana ini bisa menarik hati banyak pembaca, bahkan menarik hati kakak Admin Kompasiana, hingga kemudian menempatkan artikel tersebut menjadi Artikel Utama pagi ini.Â
Senang pasti iya, tetapi dibalik rasa senang ada sedih menggelayut, bahkan pengin nangis rasanya Kenapa begitu? Yuk, lanjut...Â
Senang
Setiap penulis tentunya senang bila artikelnya mampu mendulang banyak pembaca bahkan viral. Artinya, ada pembelajaran yang bisa diambil oleh sang penulis melalui viralnya sebuah artikel.Â
Antara lain, pembelajaran tentang jeli terhadap isu-isu atau fenomena yang sedang naik daun di masyarakat, pembelajaran tentang bagaimana menyajikan artikel yang renyah dan gurih dibaca, bagaimana pendistribusian yang benar di media sosial, serta seperti apa membuat judul artikel yang mampu mengundang banyak views.Â
Meskipun sudah tiga tahun bergabung di Kompasiana, saya sendiri masih tetap belajar perihal hal-hal di atas. Setiap artikel yang ditayangkan menjadi semacam uji coba apakah cara-cara yang saya terapkan bisa berhasil.Â
Di sisi lain, rasa senang saya terutama karena melalui artikel ini saya bisa menjadi penyambung lidah, menyuarakan unek-unek para pengemudi ojek online yang mungkin selama ini terpendam dan takbisa tersampaikan. Baik mengenai sistem akun driver di Gojek maupun sistem karyawan kontrak melalui sistem outsourcing yang juga saya singgung dalam artikel tersebut.Â
Disinilah penulis terasa begitu berperan. Ketika pihak-pihak tertentu merasa tercabut hak-haknya, terpinggirkan, dan tidak mampu menyampaikan keluhan dan aspirasinya, penulis mengambil alih peran dan bergerak maju dengan tuliaan-tulisan mereka.Â
Artikel ini pun mendapat beberapa tanggapan dari kompasianer yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online. Antara lain Pak Taryono Yono, Pak Sri Hartono Kasrath, Pak Amin Santoso, dan Mas Riko Maulana. Terima kasih banyak Bapak-Bapak atas respon dan komentarnya.Â
Sedih
Selain senang, ternyata artikel viral ini juga membuat saya sedih, malah pengin nangis rasanya, hehe...Â
Apa pasal? Karena saya terancam tidak akan mendapatkan K-rewards dari artikel ini! Kok bisa?Â
Hal ini mengacu pada mekanisme yang ditetapkan Kompasiana untuk persyaratan menerima K-rewards setiap bulannya. Salah satu mekanismenya adalah bahwa penghitungan views akan berhenti setiap periode bulan berakhir.Â
Sementara, artikel viral ini saya tayangkan pada pengujung bulan Jamuari, pada tanggal 31 Januari lalu. Artinya, bila mengikuti aturan baku, views yang dihitung dari artikel ini adalah views sampai pukul 12 malam tanggal 31 Januari. Dan malam itu saya lihat views-nya tidak sampai 200.
Views artikel ini baru bergerak naik signifikan pada pagi hari tanggal 1 Februari. Nyesek gak tuh? Nyeseeekk, pake bangetts...Â
Ketika saya curhat pada suami dan anak saya, anak saya yang abege ini pun langsung komen, "Makanya Mama... dari tanggal 29, 30 dan 31 itu Mama jangan posting (artikel) lagi.. mending Mama simpen aja buat tanggal 1."
Cerdas ya anak saya? Hehe..
Ada benarnya juga sih. Hanya saja, kalau semua kompasianer berpikir seperti itu, sepi dong Kompasiana di akhir bulan, ya gak? Enggak ada artikel yang tayang kalau seperti itu.Â
Akan tetapi pemikiran itu juga tidak salah, sangat bisa dipahami. Karena bagaimanapun, kasihan buat kompasianer yang artikel-artikelnya tayang di pengujung bulan lalu menuai banyak views bahkan viral dalam beberapa hari setelahnya.Â
Karena bila mengikuti aturan Kompasiana, views yang dihitung cuma sampai pukul 12 malam di akhir bulan. Terus sisanya? Itu yang tidak bisa saya jawab...Â
Dengan adanya kasus-kasus seperti ini semoga bisa menjadi bahan pertimbangan buat kakak-kakak admin Kompasiana.Â
Mungkin dengan mengubah sedikit aturan, misalnya khusus untuk artikel yang tayang pada satu atau dua hari terakhir di pengujung bulan, diberi privilege penghitungan views hingga lima hari setelahnya. Ini contoh saja.Â
Semoga ada pengecualian lah untuk kasus-kasus khusus seperti artikel saya ini. Paling tidak, mekanisme mendapatkan K-rewards itu tidak kaku. Mekanisme tersebut dapat menyesuaikan dengan kondisi artikel juga views yang kadangkala sukar ditebak.Â
Demikian sedikit curhat dari saya. Sukses selalu buat Kompasiana. Salam hangat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H