Rokok jelas tidak memberikan efek positif bagi kesehatan. Itu sebabnya, pemerintah mewajibkan peringatan akan macam penyakit yang bisa muncul akibat rokok tertulis di tiap bungkus rokok.Â
Namun, anehnya banyak pecandu rokok yang sama sekali tidak terpengaruh akan ancaman tersebut. Termasuk tidak mau mengindahkan ketika ditegur atau dinasihati oleh orang-orang di sekitarnya.Â
"Bodo amat!" Itu ungkapan yang pernah saya dengar dari seorang perokok ketika mendapat komplain karena merokok di tempat umum.
Tingkat kesadaran dan kepedulian perokok umumnya memang sangat rendah. Tidak peduli dengan kesehatan sendiri, tidak peduli dengan orang di sekitarnya yang tidak merokok tapi terpapar asap rokok mereka. Terlebih tidak peduli dengan kesehatan anggota keluarganya yang terpaksa menjadi perokok pasif.
Bulan Juli lalu, ada berita yang cukup miris. Seorang bayi laki-laki yang baru berumur 7 bulan harus meregang nyawa akibat ulah perokok di rumahnya.(KompasTV)Â
Bukan hanya satu orang, bahkan ada tiga perokok aktif yang tinggal satu rumah dengan bayi malang tersebut, terdiri dari ayah, om, dan paman sang bayi.Â
Kondisi akhir sebelum meninggal, diketahui salah satu paru-paru bayi sudah rusak dan tidak berfungsi lagi.
Jahat! Mungkin kata itu patut disematkan pada orang-orang yang telah menyebabkan bayi tersebut meninggal dunia.
Orang-orang yang karena keegoisannya tidak memikirkan kepentingan orang lain, bahkan rela mengorbankan kesehatan serta nyawa anak dan keponakannya sendiri.Â
Indonesia sepertinya memang darurat rokok. Sayangnya, pemerintah terkesan "setengah hati" menyikapi perkembangan yang sangat mengkhawatirkan ini.Â
Berbagai peraturan yang diterbitkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengendalikan perokok sepertinya tidak membuahkan hasil.