Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

5 Kebiasaan Bertamu yang Bisa Bikin Tuan Rumah Kesal

28 November 2022   19:46 Diperbarui: 29 November 2022   01:51 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenyataannya rumah saya ini dikelilingi rumah tetangga. Tentu tidak elok bila sampai tetangga kiri, kanan, depan rumah semua bisa dengar teriakannya. Saya sebagai tuan rumah menjadi tidak enak pada tetangga. Kesanya seperti orang yang tidak beradab saja, tidak tahu tata krama.

Ada lagi seorang kenalan yang bila datang bertamu, akan mengetuk-ngetuk pintu hingga berkali-kali. Ketukannya akan berhenti ketika saya sudah membuka pintu. 

Apa salahnya bila bertamu ke rumah orang, cukuplah satu dua kali mengetuk pintu atau pagar, atau satu dua kali memencet bel bila ada bel di luar, lalu tunggulah sebentar. Bila setelah ditunggu beberapa menit belum juga ada penghuni rumah yang keluar, barulah mengetuk lagi.

Lamanya respon dari tuan rumah mungkin disebabkan beberapa hal. Mungkin saja penghuni rumah memang sudah dengar ketukan atau bunyi bel dari tamu, tetapi belum bisa segera keluar membukakan pintu.

Misalnya, mungkin saja si penghuni rumah harus berganti pakaian terlebih dahulu dengan yang lebih pantas untuk menerima tamu, atau si penghuni rumah baru tidur dan terbangun karena mendengar ketukan pintu, atau si penghuni rumah sedang mandi sehingga butuh waktu untuk menghampiri tamunya. Jadi, tidak ada salahnya bagi tamu untuk lebih sabar.

2. Tidak melepas alas kaki

Sekali waktu, di rumah orangtua saya digelar acara kebaktian keluarga di satu hari Rabu. Kebaktian keluarga ini bertepatan dengan perayaan ulang tahun ayah. Jadi acara digelar sedikit lebih meriah dari biasanya. Saya dan anak saya pun khusus pulang ke rumah orangtua demi menghadiri acara ini.

Saya yang diserahi tanggungjawab mempersiapkan dan menara rumah, sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Rumah saya sapu dan saya sampai bersih mengkilat. Harapan saya, tamu yang hadir akan merasa nyaman dengan kondisi rumah yang bersih, dan kaki-kaki mereka pun teteap bersih meski harus melepas alas kaki.

Namun, harapan saya tak sejalan dengan kenyataan. Saat hari itu tiba, satu persatu tamu hadir, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang melepas sepatu atau sandal mereka.

Tak ayal lagi, seketika rumah menjadi sangat kotor, penuh dengan pasir dan tanah bawaan dari sepatu dan sandal para tamu yang ikut masuk ke dalam rumah. 

Saya memang tidak tahu persis budaya di kota tempat tinggal orangtua. Saya hanya sempat tinggal dua tahun menghabiskan masa SMA di kota ini sebelum pindah ke Pulau Jawa untuk melanjutkan sekolah.

Hanya saja, setahu saya selama ini, bila ada yang bertamu ke rumah orangtua pasti melepas alas kaki di depan teras rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun