Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

5 Kondisi Ini Nih yang Bisa Bikin Semangat Memasak Langsung "Down"

5 Maret 2022   11:15 Diperbarui: 6 Maret 2022   00:32 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memasak (FREEPIK/SENIVPETRO via Kompas.com)

Memasak merupakan kegiatan rutin sehari-hari, terutama bagi para ibu. Entah ibu rumah tangga atau ibu pekerja sekalipun tetap memiliki kewajiban untuk menyediakan makanan bagi orang-orang terkasihnya di rumah. Terutama ibu-ibu tanpa asisten rumah tangga.

Setiap pagi bangun lebih awal dari anggota keluarga lainnya, ibu mulai mengerahkan segala kemampuannya dalam meracik berbagai bahan makanan dan bumbu untuk menjadikannya berbagai makanan lezat.

Jadwal memasak bisa berbeda bagi setiap ibu. Misalnya, hanya memasak satu kali saja dalam satu hari, yaitu pada pagi hari. Kebiasaan ini umumnya dilakukan ibu-ibu yang bekerja di luar rumah.

Jadi sebelum berangkat bekerja, mereka akan memasak dan menyiapkan menu makanan bagi keperluan keluarga untuk penyajian tiga kali makan, yaitu pagi, siang, sekaligus untuk penyajian malam hari.

Ada pula yang memilki jadwal memasak dua kali dalam satu hari, seperti ibu saya yang seorang ibu rumah tangga. Pertama, saat pagi hari ibu hanya akan memasak untuk sarapan pagi saja. 

Kedua, setelah mengerjakan berbagai tugas rumah tangga, menjelang siang ibu akan mulai memasak dan menyiapkan makanan untuk dua kali santapan, yaitu makan siang dan makan malam.

Untuk saya sendiri, waktu memasak disesuaikan kebutuhan saja. Bila suami ingin bawa bekal makan siang, saya akan langsung memasak besar pada pagi hari atau malam sebelumnya. Tetapi bila suami WFH, sarapan pagi dan makan saing serta makan malam akan berbeda menu.

Sekalipun tidak semua wanita menyukai kegiatan di dapur, suka atau tidak suka, sebagai seorang ibu, memasak tetap harus dilakoni setiap hari.

Kecuali bila memiliki asisten rumah tangga yang ditugaskan untuk memasak. Kendati demikian, nyonya rumah tetap bertanggungjwab dalam pengaturan menu

Pada era digital ini sebenarnya ibu-ibu dibantu dengan kemudahan membeli makanan siap santap semudah menggerakkan jari-jemari pada layar gawai, tetapi tentu tidak bisa dilakukan setiap hari. Bisa bolong dompet bila terus-menerus begitu.

Oleh karena itu, semangat memasak harus berkobar setiap hari. Terlebih buat saya yang jujurly nggak suka-suka amat di dapur. Tetapi demi suami dan anak harus dijalankan.

Hanya saja, ada kalanya, semangat memasak yang sudah menyala terang tiba-tiba bisa saja langsung surut beberapa saat oleh beberapa hal. Apa sajakah itu dan bagaimana cara mencegah atau mengatasinya?

#1. Kehabisan bahan makanan

Ibu-ibu pejuang dapur pasti pernah mengalami hal tersebut paling tidak satu kali. Sudah merencanakan untuk memasak satu menu, eh, pas membuka kulkas, bahan yang dibutuhkan ternyata sudah habis. Misalnya, kehabisan stok ikan, tahu, telur, atau daging ayam. 

Padahal merencanakan menu setiap hari itu kadang tidak mudah. Kalau menunya nggak bervariasi setiap hari, alias itu lagi, itu lagi, jangankan anak dan suami, si ibu sendiri bakalan bosan.

Kehabisan stok bahan makanan ini bisa karena lupa, atau keteledoran karena hanya mengandalkan ingatan saja tanpa mengecek terlebih dahulu persediaan di dalam kulkas.

Niat memasak pun bisa langsung surut beberapa saat bila terjadi demikian. Mau tidak mau pergi keluar sebentar untuk berbelanja, atau memasak menu lain menyesuaikan dengan persediaan yang ada .

Oleh karena itu, penting bagi para ibu untuk rutin memantau persediaan bahan makanan di dapur atau di lemari penyimpanan agar tidak kena prank karena kehabisan stok bahan pangan.

#2. Kehabisan bumbu dapur

Tidak jauh berbeda dengan kehabisan bahan makanan, kehabisan bumbu dapur juga bisa mengganggu mood memasak.

Misalnya, niat hendak memasak soto ayam. Daging ayamnya sudah dicuci bersih dan direbus, lalu mulai meracik bumbu-bumbunya.

Ketika meracik bumbu-bumbu itulah baru disadari bahwa dapur sudah kehabisan persediaan ketumbar. Padahal ketumbar termasuk bumbu penting untuk soto ayam. Tanpa ketumbar kuah soto bisa kehilangan rasa dan wangi khasnya.

Menghadapi situasi tersebut bisa saja ibu-ibu langsung blank. Apalagi kalau di dekat rumah tidak ada warung kelontong. 

Cara menyiasatinya, ya sudah, memasak soto dengan bumbu apa adanya, sekalipun makanan yang jadi nanti tidak layak disebut soto. Atau berganti menu tidak jadi memasak soto, misalnya menjadi ayam goreng.

#3. Dapur berantakan dan kotor

Kondisi dapur sangat memengaruhi mood memasak. Dapur yang berantakan dan kotor akan menyurutkan niat untuk memasak. Jangankan ingin memasak, mau berlama-lama di dapur saja malas.

Oleh karena itu, penting menjaga kebersihan dan kerapian dapur. Misalnya, menyusun rapi botol-botol berisi bumbu, wastafel selalu bersih dari piring dan peralatan masak yang kotor, rutin membersihkan kompor, meja, serta lantai dapur sesaat usai memasak.

#4. Sedang kurang enak badan

Kondisi badan yang kurang fit juga bisa menyurutkan niat untuk memasak. Perasaan kurang sehat bisa saja timbul tiba-tiba. Misalnya ketika bangun pagi merasakan sakit kepala atau perut mual.

Atau saat bangun pagi merasakan demam, seperti yang pernah saya rasakan beberapa bulan lalu sebagai efek samping setelah menerima vaksin Pfizer dosis pertama sehari sebelumnya.

Semangat untuk memasak menu tertentu yang mungkin telah dirancang malam sebelumnya pun langsung pudar. Jangankan untuk memasak menu besar, sekadar untuk menyiapkan sarapan pagi saja tidak mampu.

Bila sudah begini, mau tidak mau suami atau anak-anak turun tangan, menggantikan posisi ibu menyiapkan menu makanan untuk seluruh anggota keluarga. Bisa dengan memasak sendiri sesuai kemampuan memasak suami atau membeli makanan siap santap saja.

#5. Harga bahan makanan serba mahal

Nah, ini berkolerasi sekali dengan kondisi saat ini. Sejak beberapa bulan lalu minyak goreng makin langka dan harganya melambung, tempe tahu juga makin mahal karena harga bahan bakunya yaitu kacang kedelai naik nggak pakai kira-kira.

Menyusul kemudian, harga daging sapi, daging ayam, telur, dan cabe, tomat juga tidak ketinggalan ramai-ramai ikut naik. Kalau situasinya seperti ini, ibu-ibu dengan isi dompet terbatas yang paling teraniaya.

Bagaimana tidak, jatah uang belanja tetap "injak bumi", tetapi harga-harga kebutuhan dapur mulai meroket mengejar bintang di langit, gimana cara mengakalinya? Tentu semakin bingung menyusun menu harian.

Karena itu, ibu-ibu jangan sampai kehilangan akal. Untuk mengatasinya, para pejuang dapur ini sebaiknya terus berupaya mengembangkan kreativitas.

Bagaimana mengolah bahan makanan yang ada guna menyajikan menu makanan lezat sekaligus bernutris, tetapi tidak menguras dompet.

Selamat berkreasi di dapur. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun