Dalam sebuah autobiografi, saya pernah membaca keresahan dari si penulis tentang tabiat suaminya yang kasar dan pemarah.
Dikisahkan dalam autobiografi tersebut bahwa suami sang penulis adalah seorang yang kasar dan gampang marah bahkan hanya karena hal-hal kecil di luar ekspektasinya.
Sang suami pun tidak segan berteriak dan membentak istri atau siapapun yang ada di rumah kala dirinya sedang emosi.
Bertahun-tahun pasangan tersebut hidup bersama sebelum akhirnya si penulis memutuskan untuk berpisah dari sang suami. Si penulis sepertinya tidak mampu bertahan hidup serumah dengan laki-laki berkarakter demikian.
Saya pun memiliki seorang teman, sebut saja namanya Tessa, yang memiliki kemiripan dengan kisah di atas.
Beberaopa kali Tessa mengungkapkan keluh kesahnya pada saya perihal temperamen dan perbuatan kasar sang suami yang menurutnya sering keterlaluan dan tak terkendali
Bila mereka bertengkar, hp saja bisa rusak karena dilempar atau dibanting oleh salah satu dari mereka. Begitu dahsyatnya pertengkaran itu hingga harus ada barang yang hancur.
Lantaran sering tidak tahan atas perilaku sang suami, berkali-kali Tessa berniat untuk berpisah. Bedanya dengan kisah pertama,Tessa dan suami masih tetap hidup bersama hingga hari ini.
Di antara banyak pernikahan, pasti ada saja istri-istri yang memiliki kisah dan pengalaman serupa dua kisah di atas.Â
Memiliki suami dengan temperamen kasar, pemarah, suka membentak, suka berteriak-teriak kala marah, memang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk dan musibah bagi para istri yang mengalaminya.