Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pencinta Novel Lebih Menyukai Novel yang "Happy Ending", Kenapa?

22 Februari 2022   13:00 Diperbarui: 27 Februari 2022   12:15 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca novel (Pexels.com/Tima Mirosnichenko)

Saya seorang penggemar novel. Sejak mulai mengenal novel sedari SMP melalui perpustakaan sekolah, sepertinya tidak terhitung lagi jumlah novel dari berbagai jenis yang sudah saya baca.

Zaman sekarang, pencinta novel diuntungkan dengan era digital dimana pembaca bisa mengakses novel ebook dengan sangat mudah.

Belum lagi dengan berbagai aplikasi membaca dan menulis novel yang kini mulai menjamur, baik yang gratis maupun yang berbayar. Pencinta novel seperti saya sangat dimanjakan dengan hal ini.

Namun, saya sendiri cukup pilih-pilih dalam memilih jenis novel yang akan saya baca. Biasanya kalau sudah jatuh cinta dengan satu penulis, saya akan berusaha membaca semua novel karyanya. 

Untuk jenis novel non-fiksi , misalnya, sastrawan Indonesia NH Dini merupakan seorang penulis yang saya kagumi dari karya-karyanya. Tulisan NH Dini sebagian besar mengambil kisah dari pengalaman hidupnya.

Sementara untuk jenis-jenis novel fiksi bertema percintaan misalnya, saya menyukai novel-novel Indonesia karya Marga T untuk penulis lawas era tahun 70, 80-an, dan novel-novel Pradnya Paramitha untuk penulis zaman now. 

Khusus untuk jenis novel fiksi bertema percintaan tersebut, ending atau penutup cerita akan menjadi rujukan saya apakah sebuah noel akan saya baca atau tidak

Ada berbagai macam jenis akhir cerita dari sebuah novel. Question ending, surprise ending, sad ending, dan happy ending adalah beberapa di antaranya.

Nah, ending yang menyenangkan versi saya untuk jenis novel fiksi bertema cinta yakni happy-ending. Jadi ketika saya dihadapkan pada sebuah novel jenis tersebut untuk dibaca, biasanya saya akan nemulai dengan membaca beberapa halaman di depan, dan beberapa halaman di belakang. Gunanya untuk memastikan kalau cerita tersebut berakhir happy atau tidak.

Happy-ending sendiri merupakan sebuah akhir cerita dimana keinginan dan tokoh dalam cerita tercapai. Memang akhir cerita seperti ini dapat dengan mudah ditebak, dan mungkin kesannya cerita-cerita dengan ending seperti itu dapat dengan mudah dibuat.

Namun, pada kenyataanya, tidak semua penulis novel happy ending mampu menghadirkan mengeksekusi cerita dengan sangat menarik. Novel yang berakhir happy tetapi dengan alur cerita yang datar-datar saja tanpa konflik yang berarti tentu saja akan kurang diminati.

Kekuatan sebuah novel fiksi percintaan happy ending justru terletak pada alur cerita, konflik yang rumit, serta kekuatan karakter para tokohnya. 

Ternyata pembaca yang memiliki kecintaan pada jenis novel fiksi percintaan dengan happy ending ini sepertinya cukup banyak. Hal ini bisa terlihat dalam kolom komentar pembaca pada akhir sebuah novel dalam aplikasi baca-tulis novel. 

Bila akhir cerita di luar happy-ending, umumnya komentar-komentar pembaca penuh dengan protes, kecewa dan emoticon sedih. Pembaca umumnya juga akan mencecar penulis atas keputusannya membuat akhir cerita yang tidak menyenangkan para tokoh di dalamnya, yang tentunya tidak menyenangkan pembacanya.

Mengapa bisa demikian? Saya pelajari paling tidak ada 3 hal yang menjadi penyebabnya.

1. Bacaan novel bisa mempengaruhi suasana hati

Membaca sebuah cerita dalam sebuah novel sedikit banyak akan mempengaruhi suasana hati pembaca.

Walaupun sebagian novel umumnya hanyalah cerita khayalan atau fiksi, tetapi tetap saja memberikan efek pada penikmatnya. Bisa membawa kebahagiaan bagi pembaca, tetapi bisa pula membawa kesedihan.

Sebagian pembaca tentu ingin merasakan suasana hati bahagia seusai membaca novel, bukan kekecewaan atau kesedihan yang akhirnya bisa merusak mood.

2. Membaca novel untuk hiburan dan rekreasi

Salah satu dari berbagai alasan membaca novel adalah untuk hiburan dan rekreasi. Di tengah berbagai tekanan akibat beban dan kesibukan pekerjaan, juga rutinitas sehari-hari yang terkadang mendatangkan kejenuhan, membaca novel bisa menjadi sarana rekreasi untuk menghibur diri.

Itu sebabnya banyak pembaca novel fiksi yang memilih novel dengan akhir cerita bahagia. Tujuannya tak lain agar ketika usai membaca novel, pikiran kembali segar, hati pun gembira.

Ada kalimat yang sering kita dengar: hidup udah berat, jangan dibikin tambah berat, hehe...

3. Bisa memotivasi diri

Selain bisa membawa kebahagiaan pada suasana hati, membaca sesuatu yang berakhir bahagia juga akan merangsang dan memotivasi diri pembaca untuk memiliki kehidupan percintaan yang juga berjalan dan berakhir bahagia pula

Seseorang yang tadinya mungkin sedang menghadapi masalah dalam hubungan dengan pasangan, dapat mengambil nilai-nilai positif dari cerita sebuah novel untuk bisa diadaptasi dalam hubungan percintaannya sendiri, entah dalam hubungan pacaran atau hubungan suami istri.

Paling tidak, novel fiksi percintaan berakhir happy ending bisa mengajak dan menggerakkan pembaca untuk mempraktikkan sisi-sisi postif dari bacaannya, dengan harapan dapat membawa hubungan dengan pasangannya ke arah yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun