Namun, pada kenyataanya, tidak semua penulis novel happy ending mampu menghadirkan mengeksekusi cerita dengan sangat menarik. Novel yang berakhir happy tetapi dengan alur cerita yang datar-datar saja tanpa konflik yang berarti tentu saja akan kurang diminati.
Kekuatan sebuah novel fiksi percintaan happy ending justru terletak pada alur cerita, konflik yang rumit, serta kekuatan karakter para tokohnya.Â
Ternyata pembaca yang memiliki kecintaan pada jenis novel fiksi percintaan dengan happy ending ini sepertinya cukup banyak. Hal ini bisa terlihat dalam kolom komentar pembaca pada akhir sebuah novel dalam aplikasi baca-tulis novel.Â
Bila akhir cerita di luar happy-ending, umumnya komentar-komentar pembaca penuh dengan protes, kecewa dan emoticon sedih. Pembaca umumnya juga akan mencecar penulis atas keputusannya membuat akhir cerita yang tidak menyenangkan para tokoh di dalamnya, yang tentunya tidak menyenangkan pembacanya.
Mengapa bisa demikian? Saya pelajari paling tidak ada 3 hal yang menjadi penyebabnya.
1. Bacaan novel bisa mempengaruhi suasana hati
Membaca sebuah cerita dalam sebuah novel sedikit banyak akan mempengaruhi suasana hati pembaca.
Walaupun sebagian novel umumnya hanyalah cerita khayalan atau fiksi, tetapi tetap saja memberikan efek pada penikmatnya. Bisa membawa kebahagiaan bagi pembaca, tetapi bisa pula membawa kesedihan.
Sebagian pembaca tentu ingin merasakan suasana hati bahagia seusai membaca novel, bukan kekecewaan atau kesedihan yang akhirnya bisa merusak mood.
2. Membaca novel untuk hiburan dan rekreasi
Salah satu dari berbagai alasan membaca novel adalah untuk hiburan dan rekreasi. Di tengah berbagai tekanan akibat beban dan kesibukan pekerjaan, juga rutinitas sehari-hari yang terkadang mendatangkan kejenuhan, membaca novel bisa menjadi sarana rekreasi untuk menghibur diri.