Sebagai mahasiswa, kamu tentu tidak ingin hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu, alias mahasiswa kuliah-pulang, kuliah-pulang, kan? Atau menjadi mahasiswa yang hanya tahu 3K, kampus, kos, dan kantin? Untuk itu kamu bisa aktif di luar perkuliahan, antara lain dengan menjadi relawan.
Menjadi Pengajar di SMO-GMKI cabang Bogor
Ketika kuliah tahun pertama di IPB, seorang teman seangkatan mengajak untuk bergabung menjadi anggota organisasi GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) cabang Bogor. Keanggotaan GMKI berasal dari berbagai kampus di kota Bogor, tetapi mahasiswa IPB mendominasi.
Semula saya tidak tertarik dengan tawaran ini. Jujur saya kurang suka ikut organisasi. Harus sering-sering bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang serta menghabiskan banyak waktu di luar rumah bukanlah passion saya.
Namun, penolakan saya berubah menjadi ketertarikan ketika teman saya ini berkata bahwa di GMKI cabang Bogor ada kegiatan pelayanan Sekolah Minggu Oikumene (SMO).
Kegiatan SMO ini adalah kegiatan melaksanakan ibadah Minggu khusus bagi anak-anak Nasrani yang berdomisili di wilayah sekitar markas GMKI.
Jafi, SMO-GMKI mengakomodasi anak-anak usia 0-12 tahun yang oleh karena berbagai alasan tidak bisa pergi beribadah Sekolah Minggu ke gerejanya masing-masing Anak-anak tersebut berasal dari berbagai gereja di Kota Bogor.
Kegiatan pelayanan ini bersifat sukarela bagi setiap anggota GMKI yang terpanggil, tanpa bayaran seperserpun. Walau begitu, saya tetap tertarik. Sejak saya anak-anak, saya sudah suka dengan anak-anak, tentu pada yang usianya lebih muda dari saya. Saya ingat, waktu SD, saya sudah senang momong sepupu-sepupu yang masih bayi.
Ya sudah, akhirnya setelah mengikuti acara perkenalan organisasi, kami resmi terdaftar di GMKI cabang Bogor dan melayani sebagai guru pengajar di SMO atau biasa disebut sebagai kakak Sekolah Minggu.
Jumlah kami yang melayani di SMO tidaklah banyak. Setiap tahun, jumlah mahasiswa junior dan senior yang aktif melayani di sana sepertinya tak lebih dari 10 orang.
Itu sebabnya kami para pengajar, akhirnya cukup dekat satu sama lain. Apalagi umumnya kami melayani di SMO hingga lulus kuliah. Intensitas pertemuan yang nyaris setiap minggu membuat kami merasa seperti satu keluarga.