Saya sendiri sudah pernah beberapa kali berkunjung ke rumah Centil, tetapi nggak pernah memperhatikan dadanya. Beneran! Jadi saya nggak pernah tahu kebiasaannya ini.
Kendati benar begitu, kemungkinan besar saya juga tidak akan peduli. Si Centil atau siapapun itu mau pakai penutup dada ataupun tidak, saya tidak sepeduli itu!
Beha, beha dia, dada juga dadanya dia, tidak ada kepentingannya saya repot memperhatikan apalagi sampai mikirin, ya kan...?
Kecuali misalnya, beha saya hilang satu, dan dia tertuduhnya, barulah mata saya curi-curi pandang ke dadanya, hehe...
Masyarakat +62 memang aneh bin ajaib ya. Perkara dada orang aja diperhatikan, dipikirkan, lalu dibicarakan. Kiring kirjiin bingitss!
Sebenarnya itu kan haknya Centil, mau pakai atau tidak. Lagipula, itu di rumah dia sendiri, guys..., senyaman dia aja, keleeess...
Daripada berpikir negatif, mending coba lihat dari sisi lain. Mungkin saja si Centil punya alasan khusus kenapa sehari-harinya di rumah dia membiarkan dadanya tanpa penutup.Â
Nggak bisa juga kali langsung dihakimi dengan sebutan tidak pantas, mengundang hasrat lawan jenis, begini dan begitu.
Urusan kepantasan itu kadang kala subyektif. Tergantung melihatnya dari perspektif apa dan siapa.
Lalu, kalau disebutkan bahwa kebiasaan Centil dapat menggugah hasrat lelaki yang melihat, tergantung laki-lakinya siapa dulu.
Kalau dari sononya, isi kepala si lelaki sudah penuh kotoran cabul, melihat perempuan berpakaian sopan sekalipun, tetap saja yang dilihat sisi erotisnya. Jadi nggak ngaruhlah perempuan mau berpakaian seperti apa.