Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia Memang Beda Kelas, tetapi Jangan "Dibodoh-bodohkan"

31 Desember 2021   05:57 Diperbarui: 31 Desember 2021   06:29 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan Timnas Indonesia vs Thailand pada leg pertama final Piala AFF 2020 di Singapura, Rabu (29/12/2021). (KOMPAS.com/A Flona Hakim)

Final Piala AFF 2020 leg pertama telah berlangsung Rabu (29/12/2021). Final mempertemukan Timnas Indonesia dan Thailand.

Dalam laga yang digelar di National Stadium Singapura ini, Indonesia harus mengakui keunggulan timnas Thailand.

Indonesia harus puas tanpa gol. Sedangkan tim Gajah Perang yakni julukan untuk Timnas Thailand mampu membobolkan jala kiper Timnas Indonesia Nadeo Argawinata sebanyak empat kali. Indonesia pun kalah 0-4 di leg pertama final Piala AFF 2020 ini.

Tidak lama setelah wasit meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingaan, seketika dunia maya banjir komentar. Dan banyak diantara komemtar tersebut adalah bentuk cacian dan hujatan.

Cacian dan hujatan ini ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam laga ini, baik ditujukan pada PSSI, pada pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong, dan yang pastinya ditujukan kepada skuad Garuda.

Menyedihkan memang. Sebelumnya Timnas Merah Putih dipuja-puja usai membuat Malaysia pulang kampung lebih cepat pada fase grup dan perebutan tiket ke semifinal.

Kemudian netizen terus melambungkan dan memuji-muji setelah skuad Garuda sukses mengandaskan Singapura dalam dua kali laga semifinal dengan kemenangan agregat 5-3.

Namun, pada final leg pertama melawan Thailand, harus diakui timnas Garuda tampak berbeda kelas dari timnas Thailand. 

Penonton awam sekalipun bisa dengan sangat mudah melihat perbedaan kualitas antara kedua tim. Baik dari sisi penguasaan bola, kecepatan, mengatur perpindahan bola dari kaki ke kaki, mengatur pola serangan, maupun penyelesain akhir.

Jelas terlihat, Timnas Indonesia belum mampu mengimbangi kecepatan pemain-pemain Thailand.

Namun demikian, hal ini bukan menjadi alasan bagi kita untuk menghujat dan mencaci-maki terutama pada para pemain yang telah berlaga.

Dengan rata-rata usia pemain timnas Garuda yang masih terbilang muda, 23 tahun, semestinya kita bangga pada mereka. Bahkan beberapa pemain masih berusia 19 tahun.

Dalam usia yang masih cukup muda, beberapa terbilang bahkan masih remaja, tetapi mereka sudah berprestasi dan kini tengah berjuang mengharunkan nama negara pada turnamen Piala Aff 2020.

Sangat disesalkan, seusai dikalahkan Thailand, di dunia maya, ada saja yang menghujat skuad Garuda dengan kata-kata bodoh, kampungan, kurang cerdas dan kata-kata penghinaan lainnya.

Hal ini sebenarnya bisa kita analogikan seperti sekolah. Bila diadu dalam sebuah kompetisi ilmu pengetahuan misalnya, murid kelas 3 SD tentu sulit melawan murid kelas 6 SD.

Akan tetapi, kita tidak bisa mengatakan murid kelas 3 SD itu bodoh. Siswa-siswa kelas 3 SD tersebut tetaplah anak-anak cerdas.

Ilmunya saja yang belum mereka kuasai, karena memang pelajaran yang mereka serap belum sebanyak pelajaran yang didapat murid kelas 6 SD.

Selain itu, murid kelas 3 SD baru duduk di bangku sekolah selama tiga tahun, sedangkan murid kelas 6 sudah bersekolah selama enam tahun. Berarti jelas bedanya kan.

Ya, harus diakui Timnas Indonesia mungkin kelasnya masih di bawah Thailand, tetapi mereka bukan anak-anak bodoh seperti yang sempat dikatakan netizen.

Skuad Garuda sesungguhnya adalah anak-anak cerdas yang tengah mengaplikasikan ilmu mereka di lapangan. Mereka berjuang jatuh bangun untuk membuat masyarakat Indonesia bangga.

Coba saja bayangkan, dalam usia yang masih sangat muda, mereka telah berjuang memeras keringat di tengah lapangan internasional.

Sementara di luar sana bahkan banyak anak muda seusia mereka yang masih bingung menentukan arah hidupnya sendiri.

Masih banyak generasi muda kita yang menghabiskan waktu mereka dengan kongko-kongko tak jelas sesama mereka, atau rebahan dan berselancar tak tentu arah di dunia media sosial.

Melihat hal ini, sudah sepatutnya kita bersyukur dan bangga pada pencapaian anak-anak muda skuad Merah Putih ini.

Bagaimanapun, mereka telah dan sedang berjuang mengharumkan nama negara. Janganlah kita "nembodoh-bodohkan" mereka.

Segala kekurangan dan kelebihan mereka dalam usaha pencapaian tersebut sebaiknya tetap kita hargai. 

Lagipula, masih ada final leg kedua yang akan berlangsung pada hari pertama tahun baru pada Sabtu malam (1/1/2022). Bola itu bundar, segalanya masih mungkin terjadi. Tidak ada yang mustahil.

Ayo kita dukung anak-anak muda ini untuk kembali bangkit dan bersemangat kembali. Berjuang hingga peluit tanda akhir pertandingan ditiupkan.

Selamat berjuang anak-anak muda kebanggaan bangsa.. Semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun