Adakah di antara kita yang tidak mengenal gorengan? Atau adakah di antara kita yang tidak pernah makan gorengan? Sepertinya gorengan merupakan salah satu jenis makanan yang tidak bisa dipisahkan dari menu makanan orang Indonesia.
Bagi masyarakat kita, sepertinya jenis bahan makanan apa saja bisa digoreng. Mulai dari olahan kacang kedelai seperti tahu dan tempe, sumber protein dari laut seperti ikan dan udang, daging-dagingan, sampai umbi-umbian, sayuran, dan buah-buahan bisa digoreng.Â
Kebiasaan menggoreng apa saja ini bisa jadi sudah dimulai sejak negara ini belum terbentuk. Berlimpahnya pohon kelapa sebagai sumber minyak untuk menggoreng sepertinya menjadi indikator terciptanya makanan serba digoreng.
Saya jadi ingat, saat kecil dulu ibu saya sering membuat minyak kelapa sendiri. Kelapanya tidak beli, berasal dari kebun sendiri.
Zaman sekarang tidak perlu repot-repot membuat minyak sendiri. Kita tinggal ke pasar, warung atau minimarket, berlimpah pilihan merek minyak untuk menggoreng.
Makanan yang digoreng memang memanjakan lidah. Tahu goreng, tempe goreng, bakwan jagung, pisang goreng, mendoan, dan berbagai gorengan lainnya, siapa yang tidak suka. Renyah dan gurih.Â
Namun, di balik semua kenikmatan gorengan, ada bahaya kesehatan yang mengintai. Hal ini dikarenakan gorengan mengandung kalori dan lemak yang tinggi.
Mengonsumsi gorengan secara berlebihan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, kolesterol bahkan bisa memicu kanker.
Dilansir dari Fat Secret via health.grid.id, aneka gorengan seperti tahu, bakwan, risol dan lain-lain rata-rata memiliki 140 kalori, 2,5 gram lemak, 4 gram karbohidrat, dan 0,4 gram protein di dalamnya.
Bandingkan dengan dua lembar roti gandum yang memiliki 190 kalori, 4 gram lemak, 31 gram karbohidrat dan 6 gram protein.