Sedangkan metode pengembaliannya apakah melalui transfer, tunai, atau penggantian dalam bentuk barang.
Cara ini untuk memberi penekanan dan mengingatkan si peminjam bahwasannya kita sangat mengharapkan uang itu kembali. Apalagi sebagian pemberi pinjaman biasanya sungkan untuk menagih, lebih berharap kesadaran dari si peminjam. Hanya sayangnya, tidak semua peminjam memiliki kesadaran mengembalikan tepat waktu. Untuk itu, sebaiknya ada penegasan dari awal tentang hal tersebut.
3. Perlakuan khusus bagi orang-orang tertentu
Beberapa kali saya menghadapi teman atau saudara yang memang benar-benar butuh uang, tetapi saya tahu sekali rekam jejak orang ini kurang baik, senang berutang di sana sini dan pengembaliannya sering kali seret, bahkan kadang tidak dikembalikan sama sekali.
Didorong oleh rasa kasihan, sekaligus mengantisipasi kemungkinan si peminjam tidak bisa mengembalikan pinjaman, saya akan tetap memberikan uang yang dia butuhkan.
Hanya saja jumlahnya tidak sebesar yang diminta. Saya memberikan sejumlah uang yang sekiranya saya ikhlaskan seandainya uang tersebut tidak dikembalikan. Jadi saya tidak akan terbeban apalagi kepikiran. Mau dikembalikan ya syukur, tidak dikembalikan juga saya ikhlas.
4. Belajar dari pengalaman
"Sekali lancing ke ujian, seumur hidup orang tak percaya".
Tentunya kita cukup familiar dengan peribahasa di atas. Sekali berbuat jahat atau berbuat kesalahan, seumur hidup orang tidak akan percaya.
Begitu pula dengan riwayat seorang peminjam uang. Orang tidak akan percaya bila rekam jejaknya jelek.Â
Hal demikian bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Bila kita sudah pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dengan seorang peminjam, sebaiknya jangan lagi memberikan pinjaman. Kecuali niat kita hanya memberi atau membantu tanpa mengharapkan uang kembali.