Taklama, nama saya dipanggil untuk pengukuran suhu tubuh, dan hasilnya normal 36,3. Suami sempat bertanya pada petugas untuk vaksin yang digunakan kali ini, ternyata Astra Zeneca.
Lalu saya diminta menunggu lagi. Kali ini sedikit lebih lama. Kemudian nama saya dipanggil lagi dari meja lain untuk pengukuran tekanan darah. Lagi-lagi normal 110/70. Di meja ini juga ada pertanyaan apakah saya punya riwayat penyakit darah tinggi, dan saya jawab tidak.
Dari meja ini saya diberikan berkas saya untuk saya serahkan ke meja selanjutnya, lalu kembali menunggu panggilan.
Tak berapa lama kembali saya dipanggil. Di meja berikutnya ini tertulis di atasnya : Meja 1, screening, dan saya berhadapan dengan seorang petugas wanita.
Dan di meja inilah nasib saya ditentukan. Saya lupa berapa pertanyaan yang tadi diajukan petugas wanita tersebut, 2 atau 3 mungkin. Mungkin saking kaget dan kecewa ya. Yang saya ingat hanya pertanyaan: "Apakah pernah terpapar Covid-19 sebelumnya?"
Berdasarkan pengalaman suami, pertanyaan tersebut tidak ada dalam pertanyaan screening, begitu pula pada Kartu Kendali Pelayanan Vaksinasi yang saya cetak, tidak ada pertanyaan tersebut.
Wajar saya kaget saat itu. Saya sendiri sudah lama membiasakan diri berkata yang sebenarnya, apa adanya. Jadi spontan saya menjawab "Iya", karena saya memang baru sembuh dari Covid-19. Lalu ditanya lagi, kapan terpaparnya. Saya jawab lagi, satu sampai dua bulan lalu. Saat terpapar, saya memang mulai merasakan gejala tanggal 13 Juli. Tetapi mungkin saja saya sudah terinfeksi beberapa hari sebelum itu.
Alhasil saya langsung dinyatakan tidak boleh menerima vaksin hingga 3 bulan sembuh.Â
Petugas ini beralasan, karena saya penyintas Covid-19 di bawah 3 bulan, imunitas tubuh saya masih tinggi, jadi percuma bila divaksin, tidak ada efek apa-apa.Â