Tepat satu bulan lalu, tanggal 13 Juli, saya merasakan sakit di tenggorokan yang tidak biasa. Rasa tidak nyaman seperti akan meriang pun saya rasakan mulai keesokan harinya.Â
Di hari ke tiga gejala, pada 15 Juli, di saat suhu tubuh saya mulai meningkat, suami mengajak saya memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit sekaligus menjalani tes swab. Dan hasilnya, saya positif terinfeksi Covid-19. Sudah saya duga.
Sekalipun dinyatakan positif, saya tetap bisa tenang. Sekalipun di ruang UGD itu juga ada pasien C0vid yang terbaring, dengan kondisi sesak napas akibat stres dan terus- menerus menangis. Bahkan saya biaa menyimak dengan baik penjelsan dokter perihal obat, vitamin, juga berbagai hal yang harus saya lakukan selama isolasi mandiri yang akan saya jalani.
Dokter meminta saya menjalani isoman minimal 10 hari sejak terkonfirmasi positif. Bila setelah 10 hari masih ada gejala yang dirasakan, masa isoman ditambah 3 hari. Dan bila setelah itu masih tetap ada gejala, masa isoman ditambah 4 hari lagi. Saya pun dianjurkan untuk melapor ke puskesmas terdekat sesuai dengan domisili saya.
Rasa tenang yang saya rasakan mungkin karena saya sudah mempersiapkan diri sejak kasus positif di Jabodetabek meningkat tajam di awal bulan Juli. Terlebih ketika banyak sahabat, kerabat, bahkan tetangga sekitar rumah yang terpapar. Salah seorang tetangga yang rumahnya persis berada di depan rumah saya bahkan tak tertolong karena virus ini. Saya merasa seperti sedang menunggu giliran ikut terpapar.
Saya dan suami kemudian pulang dari rumah sakit dengan membawa obat dan vitamin yang diresepkan dokter.
Ternyata gejala yang saya rasakan di tiga hari pertama baru permulaan. Gejala yang sebenarnya dan mulai terasa semakin tidak nyaman saya rasakan keesokannya hingga hari ke-10.
Saya mengalami kehilangan penciuman, kehilangan rasa di lidah, mual dan berasa ingin muntah bila makan serta kehilangan selera makan, cepat lelah dan lemas bila sedikit saja beraktivitas.
Untunglah demam hanya saya rasakan selama 4 hari. Tetapi mual, kehilangan nafsu makan, kelelahan dan lemas terus menerua saya rasakan hingga 10 hari sejak awal gejala.
Setelah terkonformaai positif, saya pun tidur sendiri, terpisah ruangan dari suami dan anak. Hal ini menyebabkan perasaan asing. Sekitar tiga malam pertama tidur saya menjadi tidak nyenyak.