Dua orang yang berbeda jenis kelamin, berbeda watak, berbeda kebiasaan, berbeda pola pikir, dan berbeda dalam banyak hal, lalu tinggal dalam satu rumah.
Ibarat bunyi peribahasa, asam di gunung, garam di laut, bertemu dalam belanga. Dua anak manusia yang berasal dari tempat berbeda, latar belakang berbeda, bertemu dan hidup bersama dalam satu wadah pernikahan. Oleh karena itu, potensi untuk ribut, atau cekcok selalu ada.
Pemicunya banyak. Antara lain, perbedaan pendapat, ketidakpuasan, kekecewaan, atau bisa pula kegagalan komunikasi
Pertengkaran sah saja bila dilakukan dengan porsi dan cara yang tepat. Seperti mau saling mendengarkan, dan fokus pada solusi.
Sebaliknya, percekcokan menjadi tidak wajar dan tidak sehat ketika beberapa hal-hal tidak wajar berikut ini dilakukan.
1. Tidak mau mendengarkan
Ada beberapa orang yang senang bertengkar dengan cara sangat egois. Hanya mau didengar tetapi tidak mau mendengarkan.
Cirinya, orang ini biasanya akan bicara terus-menerus selama pertengkaran. Tetapi ketika disela atau ditanggapi oleh pasangannya, dia tidak terima dan melancarkan argumen-argumen yang benar menurut dirinya sendiri.
Tindakan seperti ini tentu tidak akan membawa penyelesaian pada masalah. Tidak akan tercipta solusi sesuai kesepakatan bersama.
Idealnya, pasangan duduk bersama, saling bergantian berbicara dan memberi pendapat, lalu cari solusinya tanpa mengintimidasi satu sama lain.
2. Menyerang karakter pasangan
"Kamu kan memang keras kepala, nggak bisa dikasih tau!"
"Kamu memang nggak bisa dipercaya ya, ngurus beginian aja gak selesai-selesai!"