Tetapi bila dari awalnya, pasien dan keluarganya bersikap arogan, tidak mau diatur, seenaknya sendiri, bisa saja menyebabkan perawat menjadi kesal dan berakhir dengan berlaku judes dan kasar. Tidak ada asap bila tidak ada api.
Nakes juga manusia. Mereka juga bisa lelah, capek, marah, stres, pusing, bahkan mereka juga bisa salah.
Pelajaran bagi para perawat
Bekerja secara profesional dan mengutamakan pelayanan menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar. Apalagi bekerja di bidang jasa seperti pelayanan kesehatan.
Seorang pekerja tidak bisa memilih siapa bosnya. Saya rasa, begitu juga dengan perawat, tidak bisa memilih siapa pasiennya.
Seorang perawat sebaiknya terlatih untuk menghadapi beraneka karakter pasien dan juga keluarganya. Sebisa mungkin tidak melibatkan emosi. Singkirkan pula like and dislike.
Sejak tahap pendidikan, setiap calon perawat ataupun tenaga kesehatan tentunya sangat memahami situasi pekerjaan seperti apa yang akan dihadapi. Berusaha menjadi seperti tembok yang kokoh, yang tidak mudah rontok oleh apapun dan siapapun, bisa menjadi pilihan arif.
Berusaha untuk berpikir dari sisi pasien juga bisa dilakukan. Keluarga pasien yang kelelahan menjaga keluarganya selama perawatan mungkin saja menjadi lelah dan labil secara emosi. Sehingga dengan demikian, perawat bisa dengan mudah mengabaikan semua perkataan pasien atau keluarganya yang kasar atau tidak menyenangkan.Â
Sebagai gantinya, perawat bisa belajar untuk mengeluarkan kalimat-kalimat yang lebih bijak, menghibur dan membangkitkan semangat pasien juga keluarganya.
Tetapi perlu diingatkan kembali, perkataan kasar dan tidak menyenangkan mungkin masih bisa diabaikan. Namun tidak untuk tindakan penganiayaan secara fisik dan menimbulkan trauma. Itu sudah di luar batas kewajaran.
Mari, jalin hubungan harmonis antara pasien dan tenaga kesehatan.