Dalam situasi pandemi dimana pemerintah membatasi pertemuan ibadah di gereja, umat yang memang terbiasa dengan kebiasaan kapal selam ini sejak sebelum pandemi, bisa saja akan semakin tenggelam dalam laut kesibukan dunia.
Karena kalau beribadah bersama saja enggan, apalagi beribadah sendiri dari rumah, mungkin akan ogah-ogahan.
Semakin mudah baginya untuk mencari alasan untuk tidak beribadah, karena toh kegiatan ibadah dibatasi bahkan sempat berbulan-bulan gereja benar-benar ditutup.
Memang tidak ada aturan atau larangan perihal hal ini. Tidak juga akan dihukum oleh pihak gereja bila berperilaku demikian. Semua itu adalah bagian dari hak setiap umat. Hanya saja, menurut saya sebaiknya tanggalkan kebiasaan seperti kapal selam ini.
Saya memang bukan pendeta. Saya juga bukan seorang Sarjana Teologi. Saya tidak memiliki kompetensi untuk menjelaskan dengan detail apa manfaat dan apa yang akan diperoleh dengan rajin mengikuti ibadah baik di gereja maupun secara live streaming. Namun, perjalanan hidup mengajarkan saya, bahwa ibadah adalah salah satu cara saya membangun hubungan dengan Tuhan.Â
Sebagai makhluk ciptaan-Nya, sebagai hamba-Nya, sudah menjadi kewajiban saya untuk mengenal Tuhan lebih dekat. Dengan pengenalan yang dekat akan Tuhan, saya akan paham apa yang menjadi hak dan kewajiban saya sebagai hamba Tuhan. Dengan pengenalan yang dekat dengan Tuhan, saya akan tahu mana batas yang boleh dan tidak boleh saya lakukan.
Mengapa bisa demikian? Di dalam ibadah, umat bersama-sama akan memuji dan menyembah Tuhan. Di dalam ibadah juga, umat akan diajak untuk mendengarkan khotbah yang berisi pembacaan dan perenungan akan Firman Allah. Firman Allah mengajarkan dan menyatakan banyak hal yang mampu memimpin pada cara hidup yang benar dan menghindari dosa.
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (Rasul Paulus)
Hubungan yang dekat dengan Tuhan juga akan menjamin kekuatan ketika harus melewati masa-masa sukar dalam kehidupan.
Lautan dunia tidak pernah menawarkan hidup yang datar dan tenang-tenang saja. Akan ada saja gelombang dan atau badai yang setiap saat mengancam menghampiri. Untuk itu, saya butuh pegangan hidup. Saya butuh kekuatan yang tak terbatas. Agar ketika saya menghadapi gelombang ataupun badai kehidupan, saya tidak akan tenggelam. Bahkan saya akan tegak berdiri karena kekuatan yang tak terbatas dari Tuhan.
Beribadah kepada Tuhan juga sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih saya atas karunia kehidupan yang telah diberikan Sang Pencipta. Bahwa saya masih ada dan masih bernapas hingga hari ini, semua karena kebaikan Tuhan. Untuk itu, saya mau menjadi manusia yang tahu berterima kasih.