Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Sering Dibandingkan dengan Orang Lain? Ajak Pasanganmu Melakukan 5 Hal Ini

29 Maret 2021   21:34 Diperbarui: 30 Maret 2021   20:34 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan. Sumber: Shutterstock via KOMPAS.COM

Beberapa minggu belakangan, cukup ramai pemberitaan perihal kandas atau terancam bubarnya rumah tangga beberapa pesohor negeri. Mulai dari personil grup musik, penyanyi, artis film, sampai pengacara kondang.

Penyebabnya pun beranekaragam. Mulai dari masalah klise yaitu ketidakccocokan, masalah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), hingga masalah hadirnya orang ketiga alias terjadi perselingkuhan.

Perselingkuhan memang kerap menjadi sumber keretakan sebuah hubungan maupun sebuah rumah tangga. Keretakan tersebut berpotensi pecah bila tidak segera diperbaiki.

Pelaku perselingkuhan biasanya akan menarik berbagai alasan guna membenarkan tindakannya.

Pasangan kurang perhatian, pasangan kasar dan pemarah, pasangan pelit, atau bahkan hanya untuk bersenang-senang (having fun) menjadi beberapa alasan di antaranya.

Perselingkuhan bisa diawali dengan berbagai hal. Salah satunya diawali dengan kebiasaan membandingkan pasangan dengan orang lain.

Mulai dari membandingkan secara fisik, karakter,perilaku, hobi, kemampuan, kecerdasan, hingga kebiasaan-kebiasaan kecil.

Tindakan membandingkan pasangan ini bisa dikatakan langsung secara verbal kepada pasangan. Bisa pula hanya di dalam pikiran saja. Namun keduanya bukanlah hal yang benar. Keduanya hanya akan memicu pikiran-pikiran dan perilaku negatif terhadap pasangan.

Membandingkan pasangan yang dilakukan melalui perkataan verbal secara langsung, bahkan diikuti tindakan-tindakan negatif, pada akhirnya akan menimbulkan pertengkaran, diikuti rasa sakit hati pada pasangan. Selain itu, sikap tersebut akan menimbulkan perasaan kecewa pada diri sendiri, karena tidak mampu memenuhi ekspektasi pasangan.

Ilustrasi (KOMPAS.com)
Ilustrasi (KOMPAS.com)
Untuk itu, alangkah baiknya bila kita yang memiliki kebiasaan seperti ini, segera belajar menghentikannya.

Beberapa hal bisa kita lakukan untuk menghindari kebiasaan senang membandingkan pasangan dengan orang lain :

1. Bersyukur
Bersyukur merupakan tindakan kecil yang berdampak besar. Rasa syukur akan membuat kita selalu merasa puas. Puas dengan pasangan. Puas dengan hubungan yang kita jalani bersama pasangan. Juga mengingatkan kita bahwa apa yang sudah kita miliki saat ini sudah cukup baik.

Jika kita memenuhi hati dan pikiran kita dengan rasa syukur, kita akan mampu menerima kebiasaan-kebiasaan aneh pasangan atau kekurangan pasangan, atau ketidaksempurnaan hubungan kita.

Rasa syukur membuat kita mampu melihat sesuatu di balik kekurangan pasangan, atau masalah-masalah kecil yang timbul dalam hubungan dengan orang yang kita cintai.

2. Belajar fokus pada kelebihan-kelebihan pasangan 
Setiap insan diciptakan unik. Terlahir dalam "paket lengkap" berisi kelebihan dan kekurangan. Termasuk diri kita beserta pasangan. Sebaiknya kita menyadari itu sebelum memutuskan untuk menikah.

Hal ini yang sering saya sampaikan bila ada teman atau sahabat yang curhat perihal kekurangan pasangannya.

Jangan hanya mau menerima kelebihannya, tetapi kekurangannya juga. Namun fokuslah pada kelebihan-kelebihannya saja.

Suami kita mungkin kaku dan tidak romantis, tetapi pintar cari uang. Terimalah hal ini dengan hati yang  penuh syukur. Paling tidak, secara finansial hidup kita nyaman dan tak kekurangan.

Istri kita mungkin tidak pintar masak, tetapi dia lemah lembut, penyayang, dan tidak cerewet. Bersyukurlah atas hal itu. Paling tidak, suasana rumah selalu tenteram dan damai.

Pasangan kita mungkin juga sudah tidak cantik lagi, gendut, kumal, dan kurang memperhatikan penampilan, tetapi dia seorang ibu yang sangat apik mengurus rumah tangga. Melalui tangannya, rumah selalu bersih dan rapi, anak-anak sehat dan terawat, bahkan makanan selalu tersedia di atas meja. Fokuslah pada kelebihannya itu.

Tidak salah juga bila kita menginginkan perubahan pada pasangan kita ke arah positif, namun sebaiknya kita membantunya dengan hal-hal dan perkataan positif. Bukan dengan cara menghakimi.

Fokus pada kelebihan suami/istri kita akan membuat kita melupakan segala kekurangannya.

3. Belajar mengagumi 
Ketika pertama kali kita tertarik pada suami/istri kita, tentunya ada satu, dua atau banyak hal yang membuat kita tak bisa berhenti memikirkannya. Entah itu senyumnya yang manis, tawanya yang renyah, orangnya yang humoris, cerdas, tutur katanya yang halus, sikapnya yang selalu perhatian, pekerja keras, atau apa saja.

Sebaiknya kita jadikan itu sebagai nilai lebih untuk kita terus mengaguminya. Kekaguman pada orang yang kita cintai, dan terus menerus kita pelihara, akan menggiring kita untuk menghormati pasangan, ingin melakukan yang terbaik pada pasangan, dan membuat cinta kita semakin mendalam padanya.

4. Menerima apa adanya
Satu hal yang mungkin sering kita lupakan, bahwa pasangan kita adalah manusia biasa, sama seperti kita.

Pasangan kita bukan manusia super yang bisa menjadi apapun yang kita mau. Pasangan kita juga bukan superman atau wonder woman yang mampu melakukan banyak hal seperti keinginan kita.

Misalnya, sangat tidak masuk akal bila kita berharap istri kita menjadi the best housewife in the world. Pintar masak, pintar dandan, cekatan mengurus rumah, pintar mengatur uang belanja hingga bisa menabung, guru yang hebat bagi anak-anak di rumah, mampu menjaga tubuh tetap langsing seperti gadis remaja, sekaligus partner hebat di kamar tidur.

Atau kita berharap suami kita, karena dia laki-laki, harus bisa memperbaiki genting bocor, bisa memperbaiki jemuran yang patah, mampu memperrbaiki alat-alat listrik di rumah, pandai berkebun, memiliki perut six pack, tetap gagah seperti saat perjaka, hingga pintar cari uang. Hmm, sepertinya mimpi ini sangat berlebihan.

Sebaiknya jangan letakkan standar kita pada pasangan. Tetapi sesuaikan standar kita sesuai dengan kemampuan atau keadaan pasangan. 

Dengan menerima orang yang kita cintai apa adanya, kita pun akan belajar menghargai setiap hal baik yang telah dilakukannya, sekecil apapun itu.

5. Jangan teperdaya medsos
Dunia medsos banyak menampilkan hal-hal yang terlihat baik dan sempurna dari para penggunanya. Ini tidak salah. Semua pengguna tentu ingin menunjukkan sisi terbaik kehidupannya.

Menjadi salah ketika kita mulai membandingkan kehidupan kita dengan tampilan-tampilan yang muncul di sana. Tidakkah kita sadari bahwa tidak ada hubungan yang benar-benar sempurna? 

Semua unggahan di medsos tentu hanya yang terbaik, sedangkan yang buruknya tersimpan di 'balik layar".

Betapa banyak pasangan yang terlihat adem ayem, penuh dengan unggahan manis-manis dan super mesra di medsos mereka, eh tiba-tiba saling menggugat cerai?

Jadi, kunjungi medsos boleh-boleh saja, tetapi jangan sampai teperdaya, apalagi sampai membandingkannya dengan kehidupan cinta kita. (MW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun