Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa Gunanya Jalan-jalan, Kalau Pulang Membawa Oleh-oleh Virus

26 Februari 2021   17:43 Diperbarui: 26 Februari 2021   17:47 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mudik (Sumber : (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Sejalan dengan komitmen kami. Itu yang langsung terlintas di benak saya, sesaat setelah membaca berita, bahwa pemerintah memangkas cuti bersama tahun 2021, dari semula 7 hari menjadi 2 hari saja.

Apa sebab? Pasalnya, karena saya dan suami telah berkomitmen untuk tidak akan pergi berlibur keluar kota, selama pandemi belum memberikan tanda-tanda akan berakhir. Tidak berwisata, tidak keluar kota, bahkan tidak pulang kampung kala hari raya.

Bahkan beberapa bulan yang lalu, ketika ada dua kerabat yang meninggal dunia karena sakit, dan jenazahnya dibawa ke kampung halaman untuk dimakamkan disana, kami pun tidak mengantarkan kepergiannya. Semua pesan dukacita kami sampaikan melalui telepon.

Bersyukur, keluarga kerabat ini mengerti. Situasinya belum kondusif untuk berkumpul dengan sanak saudara dalam jumlah besar.

Jadi, ketimbang libur panjang dan tidak kemana-mana, sekalian saja dipangkas jatah cuti bersama tersebut.

Komitmen saya dan suami untuk tidak kemana-mana ini, bukan tanpa alasan. Bukan hanya sekadar mengikuti anjuran pemerintah untuk menjaga jarak dan menghindari keramaian.

Komitmen ini didasari pengalaman tidak menyenangkan, ketika menghadapi anak kami yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit pada bulan April tahun lalu. Kala itu, COVID-19 baru saja menunjukkan taringnya, dan situasinya begitu mencekam.

Setidaknya, itu yang kami rasakan saat itu, ketika demam anak saya sangat tinggi, dan tidak turun selama 5 hari. Bahkan kami sampai harus membawanya berobat ke tiga rumah sakit yang berbeda, dalam kurun waktu 4 hari, untuk memastikan penyakitnya.

Anak saya juga sempat diduga positif COVID-19, setelah hasil foto paru-parunya menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala pasien COVID.. Kisah mencekam ini telah saya bagikan dalam artikel ini dan ini.

Pengalaman tersebut sungguh menjadi pengalaman yang sangat berharga, bahwa sehat itu mahal, dan harus diupayakan.

Setelah kejadian itu, kami sekeluarga menaruh perhatian lebih pada kesehatan. Menerapkan protokol kesehatan dengan ketat menjadi keharusan. Kami tidak ingin pengalaman buruk yang menimpa keluarga kami, terulang kembali.

Selain menjalankan prokes dengan ketat, berbagai upaya kami tempuh agar kami sekeluarga tetap sehat. Termasuk mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak bepergian selama masa libur panjang.

Saya kira ini pula yang mungkin dirasakan oleh sebagian mereka yang pernah mengalami sakit parah di tengah pandemi. Atau yang dirinya atau anggota keluarganya pernah terkonfirmasi positif COVID-19.

Merasakan detak jantung yang berdetak cepat menunggu hasil tes swab maupun hasil foto paru-paru. Juga menanti masa-masa kritis terlewati, adalah pengalaman yang sangat menegangkan.

Pada akhirnya, anak saya dinyatakan tidak terinfeksi virus corona. Akan tetapi, harus dirawat hampir satu minggu di rumah sakit, di tengah ancaman tertular virus tersebut setiap saat, sangatlah tidak nyaman. Bukan pengalaman menarik untuk diulang kembali.

Bagi kami, tidak masalah untuk sementara tetap di rumah dan tidak ke mana-mana, asalkan kami sekeluarga tetap sehat.

Apa gunanya jalan-jalan, bersenang-senang, berlibur ke sana kemari, bila kemudian membawa pulang oleh-oleh virus jahat tersebut? Dikhawatirkan yang muncul setelahnya adalah penyealan.

Lagi pula, telah terbukti, ada kecenderungan terjadi peningkatan kasus baru pasien terkonfirmasi COVID-19, setelah berakhirnya liburan panjang.

***

Itu yang pertama. Yang kedua, adanya pemangkasan cuti bersama oleh pemerintah ini layak disyukuri. Mengapa? Tentu karena hal ini merupakan salah satu cara yang dapat menahan masyarakat dari mobilsasi besar-besaran selama masa libur.

Dengan hari libur yang terbatas, masyarakat tentu tidak bisa leluasa bepergian jauh. Apalagi sampai berwisata keluar kota atau keluar negeri. Terutama untuk mereka yang berstatus pekerja, baik ASN maupun karyawan perusahaan swasta, yang memiliki hari kerja yang tetap.

Adanya pembatasan ini tentu akan memberikan dampak positif. Hal ini diharapkan dapat menekan jumlah kasus baru pasien COVID-19.

Siapa sih yang tidak ingin pandemi ini segera berakhir? Kita semua pasti menginginkannya

Berada di rumah terus menerus selama hampir satu tahun. Ruang gerak terbatas. Tidak bisa bersenang-senang di luar rumah. Tidak bisa bertemu orangtua, saudara, dan sahabat, pastinya membuat sebagian besar kita jenuh. Belum lagi ditambah situasi bisnis dan perekonomian yang merosot tajam. Para pelaku bisnis tentu ingin keadaan segera berbalik membaik.

Oleh karena itu, usaha pemerintah dengan pemangkasan cuti bersama ini patut kita apresiasi bersama. Demi kebaikan dan kesehatan kita bersama. Demi bangkitnya negeri ini dari keterpurukan.

Satu hal menjadi catatan di balik keputusan pemerintah memangkas cuti bersama ini. Betapa kesadaran masyarakat kita untuk patuh pada protokol kesehatan dan mengikuti himbauan pemerintah, sangatlah rendah. Pemerintah sampai harus melakukan ini demi membatasi ruang gerak masayarakat.

Seandainya saja masyarakat kita lebih peduli dan memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga kesehatan bersama. Dan andai pula masyarakat kita turut aktif mengupayakan pandemi ini segera berakhir, mungkin kita tetap bisa menikmati liburan panjang tahun ini, meski hanya di rumah.

***

Salam
Martha Weda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun