Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Resep 2 Camilan dari Olahan Cempedak, Kue Lumpur dan Keripik Imut

18 Januari 2021   22:35 Diperbarui: 20 Januari 2021   01:00 1917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah cempedak yang telah dilepas dari biji ( Foto : Martha Weda)

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan satu buah cempedak dari seorang tetangga. Buah cempedak ini didapatkan dari kebunnya yang berada di Parung.

Memang belum matang saat saya terima. Namun beberapa hari kemudian, harum buah ini mulai memenuhi rumah. Ini pertanda buah mulai matang.

Meskupun telah harum, saya tidak langsung mengeksekusinya. Hal ini karena warna kulitnya masih pucat. Saya masih menunggu dua hari kemudian hingga warna kulitnya benar-benar kuning, yang berarti buah cempedak telah benar-benar matang.

Untuk suami dan anak saya, ini pertama kalinya mereka merasakan buah cempedak. Tetapi saya sendiri semasa kecil sering mengonsumsi buah ini. Ada beberapa pohon cempedak di halaman rumah masa kecil saya.

Cempedak sendiri merupakan tanaman buah tropis yang berasal dari Semenanjung Malaya. Lalu, menyebar luas mulai dari Birma, Thailand, dan sebagian Kepulauan Nusantara, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Juga banyak ditemui di Jawa bagian barat.

Dikenal luas sebagai cempedak atau campedak, buah ini juga memiliki beberapa nama lokal, seperti nangka beurit (Sunda), nongko cino (Jawa), cubadak hutan (Minangkabau), tiwadak (Banjar), dan lain-lain.

Bentuk buah cempedak mirip buah nangka, namun tekstur buahnya lebih lembut dari nangka. Wangi buahnya pun sangat kuat, mirip kuatnya seperti wangi durian.

Buah cempedak bisa dimakan langsung, atau diolah menjadi beberapa jenis makanan. Saat saya kecil, ibu saya selalu mengolahnya menjadi gorengan, atau di daerah kami dikenal dengan sebutan Jumput Cempedak. Dengan mencampur cempedak dengan terigu, susu dan gula, adonan siap digoreng, dan menjadi penganan nikmat di sore hari.

Baca juga: Ciptakan Liburan Menyenangkan, Jangan Sampai Kehilangan Uang 2 Juta Seperti Saya

Akan tetapi, kali ini, saya tidak ingin mengolahnya menjadi Jumput. Karena Jumput cempedak biasanya akan menyerap minyak yang cukup banyak saat digoreng.. Sementara saya ingin mengurangi konsumsi minyak.

Berhubung saya sangat menyukai kue lumpur, maka tercetuslah ide untuk membuat kue lumpur cempedak dengan bahan-bahan yang saya reka-reka sendiri, sesuai pengalaman membuat kue selama ini.

Beberapa waktu yang lalu, saya juga telah membagikan artikel cara membuat kue lumpur. Bisa dibaca di tautan berikut :

Yuk Membuat Kue Lumpur dari Ubi Jalar dan Susu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun