Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali Belajar dari Rumah, Orangtua Masih Stres?

3 Januari 2021   20:44 Diperbarui: 3 Januari 2021   22:27 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar dari rumah (Sumber ; Shutterstock via Kompas.com)

Liburan segera usai. Pelajar dan mahasiswa kembali belajar dalam sistem yang masih sama, yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Meskipun tidak senyaman belajar di sekolah, mau tidak mau, suka tidak suka, siswa dan orangtua harus menerimanya dengan lapang dada. Marah-marah dan mengeluh sepertinya tidak akan berpengaruh apa-apa pada situasi PJJ. Yang ada malah menambah stres dan pusing sendiri.

Saya sebagai orang tua yang mendampingi anak belajar di rumah, tidak memiliki persiapan khusus dalam menyambut kembali belajar secara PJJ. Yang utama saya persiapkan, dan mungkin juga penting dipersiapkan para orangtua adalah kesiapan mental. Ini penting agar orangtua tidak mudah panik, apalagi emosi saat mendampingi anak belajar.

Karena jujur saja, sejak PJJ berlangsung, tanggung jawab orangtua bertambah. Orangtua harus jadi guru dadakan. Sementara tanggung jawab pekerjaan rumah tangga, atau mungkin pekerjaan dari kantor bagi orangtua yang bekerja, harus tetap dituntaskan.

Menjadi guru dadakan juga tidak bisa serampangan. Orangtua harus ikut belajar. Apa yang dipelajari? Materi pelajaran yangsedang dipelajari dari sekolah dan akan ikut kita ajarkan kepada anak-anak. Ini berarti ada waktu khusus yang harus disisihkan untuk belajar lagi.

Sebenarnya bisa saja anak dibiarkan belajar sendiri. Itu kalau anaknya super cerdas, atau sudah duduk di bangku sekolah menengah, dimana kemampuan belajar mandirinya sudah lebih baik. 

Bagaimana dengan anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar seperti anak saya? Peran orangtua sangat dibutuhkan.

Itu sebabnya, persiapan mental orangtua sangat penting. Jaga suasana hati. Jangan sampai emosi, atau naik darah karena masalah pembelajaran anak. Apalagi bila melihat tugas-tugas dari guru yang "jejer-jejer" tiada habisnya. Atau anak-anak yang sulit memahami ketika diajar. Hati-hati tekanan darah bisa naik.

Anak saya sendiri sebenarnya sudah cukup mandiri dalam belajar. Namun tetap saja saya harus standby kapan saja bila dia bertanya tentang materi-materi yang sulit dia mengerti. Ini biasanya terjadi saat mengerjakan tugas-tugas dari sekolah.

Untuk materi yang tidak umum, mau tidak mau saya juga harus turut membaca buku pelajarannya. Misalnya, materi tentang Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan secara Vegetatif dan Generatif. Mana saya hafal macam-macam penyerbukan, macam-macam perantara dalam penyebaran biji, atau hewan-hewan yang melakukan fragmentasi dan pembentukan tunas? Suka tidak suka, ya harus ikut belajar.

Bagaimana orangtua mengantisipasi pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan kantor yang juga antre untuk dikerjakan? Buat saja skala prioritas, mana yang harus segera dilakukan, mana yang bisa ditunda. Buat pembagian waktu yang jelas untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut dan disiplin menerapkannya.

Hal lain yang sebaiknya dipersiapkan adalah pengawasan. Jangan sampai anak terus dibiarkan belajar sendiri tanpa pengawasan, sekalipun si anak tidak minta bantuan. Karena mungkin saja anak bukannya sibuk belajar malah asyik nonton YouTube atau main gim pada laptop atau gawai. Ini yangcsempat terjadi pada anak saya. 

Belajar dari rumah (Foto : Martha weda)
Belajar dari rumah (Foto : Martha weda)
Karena sering kali ada jeda waktu yang cukup panjang antara pelajaran satu dengan pelajaran lainnya pada saat PJJ, waktu tersebut malah digunakan untuk ber-YouTube ria. 

Setelah itu, semula saya buat aturan : selama jam belajar dari pagi hingga siang hari, tidak boleh buka Youtube, kecuali ada tugas yang berkaitan dengan itu.

Tetapi ternyata aturan ini sulit juga diterapkan. Anak-anak didera bosan karena sistem pembelajaran yang monoton. Sebenarnya bisa saja, jeda waktu itu diisi dengan membaca buku pelajaran atau buku-buku cerita, namum anak bisa bosan juga.

Jadi kadang-kadang, saya nmengalah juga. Saya biarkan dia buka YouTube, asalkan yang ditonton sesuatu yang bermanfaat. Kabar baiknya, anak saya sangat suka dengan hewan, Jadi kanal Youtube yang ditonton kebanyakan tentang hewan. Seperti tentang ikan cupang, tentang kura-kura, tentang burung, atau tentang anjing.

Bila dia sudah bosan di Youtube, dia akan berpindah ke kanal TV yang khusus mengulas tentang hewan liar. Saya pikir ya sudahlah, toh itu juga bermanfaat menambah pengetahuannya. Yang penting, tidak mengganggu kegiatan PJJ nya. Cuma memang, durasi menonton juga saya batasi, kasihan matanya.

Yang tak kalah pentingnya harus dipersiapkan orangtua termasuk saya, adalah kedisiplinan anak. Antara lain, disiplin untuk bangun pagi, dan tidur malam tepat waktu. Untuk hal yang satu ini, aturan saya tegas. Selama hari sekolah, paling telat tidur pukul 10 malam, dan bangun pagi pukul 6. Siang hari pun wajib tidur siang minimal 2 jam.

Dengan waktu tidur cukup, anak tetap sehat, imunitas tubuh terjaga, kegiatan belajar anak pun berjalan lancar.

Waktu belajar pada malam hari pun saya terapkan disiplin. Selama hari belajar, Senin sampai Jumat, wajib belajar pada malam hari, dari pukul 6 sore hingga pukul 9 malam. Tapi rentang waktu itu tidak seluruhnya untuk belajar. Masih diselingi dengan waktu makan malam di sela-selanya.

Dalam rentang waktu itu, no TV, no YouTube, no game. Gawai dan laptop hanya digunakan untuk menunjang proses pembelajaran, seperti melihat tugas melalui pesan WA dan membuka aplikasi google classroom, serta melihat video-video pembelajaran dari guru.

Demikian sekelumit persiapan saya dan sebaiknya juga dilakukan oleh para orangtua.

Kalau untuk persiapan materi seperti buku-buku dan alat tulis, telah tersimpan rapi pada tempatnya. Kuota internet pun telah kami persiapkan lebih dari cukup.

Yang sedikit terkendala adalah persiapan baju seragam. Hampir semua baju seragam anak saya sudah sempit dan tidak bisa dipakai lagi. Jadi mohon untuk pihak sekolah, tolong jangan lagi terapkan aturan harus menggunakan seragam sekolah saat PJJ, udah nggak muat!

Baju seragam kesempitan (Foto : Martha Weda)
Baju seragam kesempitan (Foto : Martha Weda)
Memasuki tahun baru 2021, pandemi belum berakhir. Berarti ada kemungkinan, PJJ masih akan berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, ada baiknya para orangtua siswa mempersiapkan diri juga mempersiapkan anak-anaknya sebaik mungkin.

Kendala pasti ada. Tantangan pasti datang silih berganti saat siswa menjalani PJJ. Akan tetapi, biarlah kita para orangtua tetap menyikapinya dengan bijaksana, serta selalu berpikir positif, agar PJJ dapat berlangsung nyaman, lancar, dan pastinya orangtua terhindar dari stres dan tekanan darah tinggi, hehe...

Semoga tulisan ini bisa menjadi rekomendasi bagi para orangtua. Dan semoga anak-anak kembali belajar dengan semangat baru di tahun baru yang penuh harapan ini. 

Salam
Martha Weda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun