Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Maria, Teladannya Tak Pudar oleh Waktu

22 Desember 2020   22:43 Diperbarui: 24 Desember 2020   11:26 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Katoliknews.com)

Bisa dibayangkan, betapa payah kondisinya. Perjalanan yang ditempuh pun bukan perjalanan yang mudah. Jarak yang harus ditempuh dari kota kediamam mereka di Nazareth ke Betlehem sekitar 150 km. Kendaraan yang mereka tunggangi kemungkinan adalah keledai atau mungkin juga berjalan kaki.

Sungguh perjalanan yang berat dan melelahkan. Terutama untuk ibu hamil. Akan tetapi, Maria tetap taat dan patuh mengikuti suaminya.

Begitu pula ketika Yusuf mengajaknya untuk mengungsi ke Mesir, setelah Yusuf diingatkan malaikat Tuhan melalui mimpi, untuk menghindari Raja Herodes yang hendak membunuh Yesus, Maria pun tetap patuh. Padahal jarak Betlehem-Mesir sangat jauh, lebih kurang 690 km. Suatu perjalanan panjang dan melelahkan, terlebih pada masa itu. Tetapi Maria tetap mengikuti Yusuf, kemanapun suaminya mengajaknya pegi.

Hal ini pula yang mengingatkan bahwa suami adalah kepala dan imam dalam keluarga. Seorang istri sebaiknya tunduk kepada suaminya. Ini sesuai dengan perintah Tuhan, "Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat" (Efesus 5 : 22-23).

Tidak menjadi sombong

Sekalipun dipilih Tuhan untuk menjadi Ibu Sang Mesias, Maria tidak menjadi sombong. Bahkan ketika Elisabet, Ibu Yohanes menyebutnya sebagai Ibu Tuhan (Lukas 1 : 43), Maria tidak lantas tinggi hati. Maria tetap pada pribadinya yang rendah hati.

Hal ini bisa menjadi pembelajaran penting bahwa kita hanyalah hamba Tuhan. Bila suatu ketika hidup kita berubah dan dimuliakan Tuhan, tetaplah rendah hati. Sebaiknya kita tetap menyadari, bahwa semua yang baik pada kita boleh terjadi bukan karena kehebatan kita, tetapi terjadi oleh karena kemurahan Tuhan. 

Tidak pernah mengeluh

Sejak mengandung, melahirkan Bayi Yesus, hingga Yesus dewasa dan mengakhiri misi penyelamatan-Nya di dunia, tidak sedikit tantangan yang Maria hadapi.

Mulai dari hamil sebelum menikah, mengadakan perjalanan jauh kala hamil tua, melahirkan anak yang dikasihinya di kandang domba, mengungsi ke Mesir guna menghindari kejaran Raja Herodes, dan berakhir kepada melihat anaknya disiksa secara kejam dan mengerikan hingga mati disalibkan. 

Semua yang Maria hadapi bukan perkara mudah. Namun Alkitab tidak mencatat bahwa Maria mengeluh atau bersungut-sungut. Semua yang ia hadapi, diterima dan dijalaninya dengan penuh syukur dan kerendahan hati. Sepertinya Maria sangat menyadari bahwa apa yang dia alami merupakan bagian dari rencana Tuhan yang harus digenapi. Dan semua rencana Tuhan yang harus dilewatinya itu mendatangkan kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun