Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pentingnya Pengawasan Orangtua Ketika Anak Bermain di Sisi Jalan

15 November 2020   10:34 Diperbarui: 15 November 2020   19:30 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kecelakaan lalu lintas (Sumber: Shutterstock via Kompas.com)

Beberapa hari yang lalu, saya dan suami pergi mengantarkan pakaian kotor ke sebuah laundry yang letaknya tidak jauh dari rumah. Sudah beberapa bulan ini saya menggunakan jasa laundry kiloan untuk urusan cuci-setrika pakaian terutama sejak mesin cuci di rumah rusak. Hanya pakaian dalam serta pakaan yang ringan-ringan saja saya cuci sendiri.

Sudah beberapa kali suami menawarkan untuk membeli mesin cuci baru, tetapi saya selalu menolak. Lebih nyaman buat saya menggunakan jasa laundry untuk saat ini.

Mencuci dengan mesin cuci memang mudah dan tidak menguras tenaga. Akan tetapi, pekerjaan setelahnya, yaitu menyetrika, sangat melelahkan. Saya menyerah. Berjam-jam pada posisi yang sama, membuat pinggang dan punggung terasa kaku.

Namun bukan hal itu yang ingin saya utarakan di sini.

Sewaktu mampir di laundry, ada beberapa anak usia sekitar 3-6 tahun bermain di halaman laundry yang langsung berbatasan dengan jalan. Lebar halaman laundry itu hanya lebih kurang 2 meter. Seorang ibu yang sedang menggendong bayi, dan seorang penjaga laundry ada di sana.

Melihat anak-anak itu bermain di tempat yang bersisian langsung dengan jalan tempat lalu lintas kendaraan, membuat saya ngeri sendiri. Anak sekecil itu, masih belum mengerti bahaya. 

Saat itu, saya beberapa kali melihat ke arah jalan, memastikan anak-anak itu aman dari motor dan mobil yang tiada henti melintas. Ibu yang sedang berdiri sambil menggendong bayi terlihat kurang memperhatikan, sibuk menidurkan bayi di gendongannya.

Dari percakapan mereka yang saya dengar, anak-anak tersebut merupakan anak-anak di sekitar laundry yang bermain bersama. Sayangnya, para orangtua membiarkan anak-anak mereka bermain tanpa pengawasan.

Melihat anak-anak bermain di pinggir jalan, mengingatkan saya pada satu pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Terjadi sekitar 1,5 tahun lalu.

Hari itu, saya dan suami berboncengan sepeda motor melaju dari rumah kami di pinggiran Depok, menuju Bogor, melewati Pasar Parung. 

Saat itu mungkin sekitar jam 10 atau 11 pagi, saya lupa pastinya. Situasi pasar masih cukup ramai. Beberapa pedagang masih menggelar dagangannya di pinggir jalan. Kendaraan yang melintas pun cukup ramai. Saya yang duduk di boncengan asyik melihat- lihat situasi pasar.

Jalan raya di Pasar Parung ini sebenarnya cukup lebar. Namun seringnya pedagang tumpah ruah menggelar dagangan di pinggir jalan, didukung kondisi jalan yang tidak mulus dan berlubang-lubang, membuat sering terjadi kemacetan di sini.

Saat itupun saya melihat banyak truk pengangkut pasir melintas. Sepertinya sedang ada pengerjaan proyek di sekitar kawasan tersebut.

Tatkala sedang asyik melihat-lihat suasana pasar, tiba-tiba saya dikagetkan dengan teriakan suami, bersamaan dengan teriakan orang-orang di sekitar situ. Saya pun spontan mengalihkan pandangan ke arah teriakan orang-orang tersebut. Kejadiannya cukup cepat, hanya beberapa detik, dan saya pun terpaku pada pemandangan di depan sana.

Dalam jarak dua motor di depan kami, sebuah truk yang sedang melintas dari arah berlawanan melindas seorang anak kecil, mungkin sekitar usia 4-7 tahun dalam posisi tertelungkup. Bunyi gludukan roda depan dan belakang bagian kanan truk karena melindas sang anak, terdengar jelas.

Sesaat setelah kejadian, orang-orang berlarian menghampiri si anak yang sudah tergeletak di aspal di belakang truk, dalam posisi tertelungkup tak bergerak. Pengemudi pun langsung menghentikan truknya dan turun. Dari ekspresi wajahnya, terlihat sang supir sangat kaget.

Dari penuturan suami yang melihat jelas terjadinya tabrakan, truk berjalan cukup pelan karena memang kondisi pasar cukup ramai. Lalu tiba-tiba saja dari sisi jalan sebelah kiri truk, berlari seorang anak, mungkin bermaksud menyeberang jalan. 

Tubuh anak yang kecil dan melintas persis di depan truk sepertinya tidak terlihat dari kursi pengemudi, sehingga terjadilah kejadian nahas tersebut. Roda truk sebelah kanan melindas punggung si anak yang jatuh tertelungkup.

Saya sempat shock sesaat setelah melihat kejadian itu. Kaget seakan tak percaya telah melihat kejadian mengenaskan tersebut. Saya sendiri juga punya anak kecil. Saya bisa membayangkan bagaimana perasaan orangtua melihat kondisi anaknya seperti itu.

Saya pun tidak mengerti mengapa ada anak kecil yang lepas dari pengawasan orangtua di tengah situasi pasar yang cukup ramai dan padat dengan kendaraan. Mungkin saja si anak adalah anak dari salah seorang pengunjung pasar, atau anak dari salah seorang penjual di pasar tersebut.

Itu kejadian pertama.

Kejadian kedua terjadi pada salah seorang murid di sekolah anak saya, sesaat sebelum pandemi.

Jadi si anak, saya lupa kelas 1 atau kelas 2 SD baru pulang dari sekolah dijemput oleh asisten rumah tangganya. Kebetulan kedua orangtuanya bekerja di luar rumah. 

Setiba di rumah, si asisten rumah tangga langsung masuk ke dalam rumah dan tidak menyadari kalau pintu pagar belum tertutup dan terkunci sempurna.

Tanpa diketahui, anak asuhnya langsung mengambil sepeda yang terparkir di samping rumah, bermaksud hendak bermain. Melihat pagar yang belum tertutup sempurna, sang anak pun langsung bergerak keluar pagar. Di saat bersamaan, sebuah mobil melintas di jalan depan rumahnya, dan tabrakan pun tak dapat dihindarkan.

Puji syukur, si anak selamat. Tapi harus menjalani perawatan cukup lama di rumah sakit karena mengalami cidera serius.

Bahaya dan celaka pada anak memang bisa terjadi di mana saja. Bahkan potensi bahaya terbesar justru mengintai dari sekitar tempat anak tumbuh dan bermain, baik di rumah, halaman, rumah tetangga, maupun di tempat usaha orangtua. Untuk itu pentingnya orangtua menaruh perhatian lebih pada keselamatan anak.

Terutama untuk mereka yang memiliki rumah di sisi jalan tempat lalu lintas kendaraan. Ataupun yang sering membawa anak ke tempat kerja atau tempat usaha yang tidak berpagar dan berbatasan langsung dengan jalan.

Jangan pernah membiarkan anak bermain sendiri tanpa pengawasan. 

Menilik beberapa kejadian yang pernah saya lihat, dengar dan amati, saya rasa beberapa hal penting sebaiknya diperhatikan para orangtua bila memiliki rumah atau tempat usaha di sisi jalan.

Memastikan pintu pagar tertutup dan terkunci sempurna
Saat anak-anak telah masuk ke dalam lingkungan rumah, pastikan pagar tertutup dan terkunci sempurna. Jangan pernah menunda untuk menutup dan menguncinya. Bila kita lalai, apapun bisa saja terjadi pada anak-anak, bahkan dalam hitungan detik.

Bila rumah tidak berpagar, termasuk tempat usaha (bila anak-anak dibawa serta ke tempat usaha), pastikan ada orang dewasa yang bertanggung jawab mengawasi selama anak-anak bermain di luar.

Andaikata, karena kesibukan di dalam rumah/tempat usaha, lebih baik anak-anak tetap di dalam ruangan dengan pintu terkunci, dengan tetap di bawah pengawasan orang dewasa.

Selalu menerapkan aturan tegas, baik pada anak-anak maupun orang dewasa yang mengawasi
Jangan pernah bosan mengingatkan anak-anak perihal bahayanya bermain di sisi atau di tengah jalan. Selalu mengingatkan mereka bahwa lebih aman bermain di dalam lingkungan rumah.

Andaikata kedua orangtua bekerja, dan menyerahkan penjagaan anak pada pihak lain selama orangtua bekerja, misalnya asisten rumah tangga atau kerabat, jangan ragu untuk menetapkan aturan tegas yang wajib dipatuhi. Semacam standar operasional.

Dan harus selalu digaungkan agar menjadi pengingat setiap saat.

Saya sendiri sebagai ibu, termasuk sangat tegas dalam aturan demi keselamatan anak.

Berkali-kali anak saya meminta diizinkan untuk bermain sepeda bersama teman-temannya di jalan sekitar tempat tinggal kami. Namun jarang saya kabulkan. Mengingat jalan sekitar tempat tinggal kami, meskipun hanya jalan kecil di tengah perumahan penduduk, namun cukup ramai dengan lalu lintas motor.

Kalaupun sesekali saya izinkan, itupun disertai dengan berbagai catatan yang wajib dipatuhi. Seperti wajib bersepeda di sisi kiri jalan, wajib menepi bila ada motor atau mobil akan melintas, dan tidak boleh kebut-kebutan dengan teman. 

Saya juga menerapkan durasi waktu bermain, misalnya dua kali atau tiga kali putaran, dan harus segera pulang setelahnya.

Syukurlah, anak saya mau mengerti. Ini berarti, anak-anak sekalipun, bisa menerima aturan yang telah kita tetapkan bila diiringi dengan pemberian pemahaman dan pengertian dengan cara yang benar.

Tidak pernah terlintas di benak saya sebagai orangtua, untuk mengekang keinginan bermain anak atau memproteksinya secara berlebihan. Hanya saja, mereka belum cukup umur untuk mengerti bahaya yang mengintai di luar sana. 

Oleh karena itu, tanggung jawab sayalah sebagai orangtua untuk menetapkan aturan yang benar, memberi pengertian, dan mengawasi agar semuanya berjalan sesuai aturan, demi keselamtan anak.

Suatu saat nanti, juga akan tiba waktunya, mereka akan terbang bebas mengekspresikan hasrat dan mengejar cita-cita mereka tanpa pengawasan orangtua lagi. 

Pada saat itu, diharapkan mereka akan selalu mengingat nasihat dan didikan yang baik yang telah mereka terima sedari kecil dari orangtua. Sehingga mereka akan selalu melangkah hati-hati dan selalu berjalan dalam koridor yang benar.

Salam.

Martha Weda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun