Terinspirasi dari jajanan Betawi yang beberapa hari yang lalu sukses saya praktikkan, dan telah saya tayangkan dalam artikel Menyambut HUT ke-75 RI, Yuk Membuat Es Selendang Mayang, saya pun tertarik untuk mencoba mempraktikkan penganan tradisional lainnya.
Kali ini saya mencoba membuat satu jajanan tradisional yang sangat saya suka, yaitu Kue Lumpur.
Kala mampir ke kios jajanan kue subuh atau toko kue, penganan satu ini selalu membuat saya ngiler. Harganya bervariasi antara 2 ribu hingga 5 ribu rupiah per buah.
Rasanya yang manis, gurih, serta teksturnya yang halus dan lembut sesuai dengan cita rasa kesukaan saya.
Banyak ahli sejarah mengatakan kalau kue lumpur terinspirasi dari kue khas Portugis yang bernama pasteis de nata yang diperkenalkan oleh orang Portugis saat menjajah Indonesia. Kue aslinya biasa dibuat dari custard yang merupakan campuran susu dan kuning telur.
Untuk praktik kali ini, saya tidak menggunakan bahan yang persis sama seperti dicontohkan dalam berbagai resep yang saya baca. Saya nemodifikasi sedikit dengan memakai bahan-bahan yang lebih murah dan sehat.
Antara lain, saya menggantikan kentang dengan ubi jalar, atau yang sering disebut juga ketela rambat. Saya pilih yang berwarna putih, atau disebut ubi putih.
Karena termasuk jenis umbi-umbian sama seperti kentang, saya rasa ubi jalar bisa diaplikasikan dalam resep ini.Â
Selain itu, untuk mengurangi kadar lemak berlebihan dalam jajanan ini, saya menggunakan susu sebagai pengganti santan.
Takaran gula pasir juga saya kurangi. Pertimbangannya karena ubi jalar sendiri sudah manis dengan gula alami yang terkandung di dalamnya.
Semula saya mengira proses pembuatan kue ini rumit. Begitu dicoba malah sebaliknya. Sangat mudah dan bisa dipraktikkan di rumah.
Mari simak bahan-bahan dan cara pembuatannya berikut ini.
Sebelumya siapkan terlebih dahulu cetakan kue lumpur. Bila tidak punya cetakan khusus, bisa menggunakan peralatan memasak apa saja asalkan berukuran kecil dan berbentuk datar yang tersedia di dapur.
Saya sendiri menggunakan cetakan beraneka bentuk seperti di gambar. Hanya dioleskan sedikit mentega atau margarin, atau minyak goreng, adonam kue lumpur siap dipanggang di atas kompor.
Bahan-bahan :
- 500 gram ubi jalar
- 200 gram tepung terigu (saya pakai segitiga biru)
- 500 ml susu (saya menggunakan 3 sendok makan susu bubuk full cream yang dicairkan dengan 500 ml air)
- 100 gram mentega/margarin, panaskan sebentar hingga mencair.
- 2 butir telur
- 150 gram gula pasir (bila kurang manis, bisa ditambahkan sesuai selera)
- 1/4 sendok teh garam
Cara membuat :
- Cuci bersih ubi. Buang kulitnya. Kukus hingga lembut dan matang.
- Campur ubi yang sudah matang dengan susu, lalu blender. Bisa juga ubi ditumbuk halus lalu campur dengan susu.
- Tuang adonan ke dalam wadah, masukkan telur, mentega cair, gula, dan terakhir masukkan tepung terigu. Aduk rata.
- Oleskan cetakan dengan mentega/margarin/minyak goreng. Panaskan.
- Setelah cetakan panas, tuang adonan ke dalam cetakan. Jangan sampai  penuh, cukup isi 3/4 bagian saja. Lalu tutup.
- Panggang beberapa menit dengan api kecil. Bila bagian bawah telah matang berwarna kuning kecoklatan, angkat. Bila menyukai tekstur dan warna yang lebih kecoklatan, kue bisa dibalik sebentar agar bagian atas sedikit kecoklatan. Sesuaikan saja dengan selera. Untuk melihat bagian bawah kue disarankan menggunakan sendok kayu tipis atau bisa pula menggunakan stik es krim.Â
- Bisa ditambahkan kismis di bagian tengah kue. Saya sendiri biarkan polos.
- Kue lumpur siap dinikmati.
Kue lumpur termasuk kategori kue basah, sehingga tidak tahan lama. Teksturnya akan sangat lembut seperti lumpur bila masih panas, dan sedikit mengeras saat telah dingin. Sangat cocok disajikan pada pagi atau sore hari sebagai teman minum teh atau kopi.
Rasa kue lumpur yang terbuat dari ubi jalar dan susu ternyata tidak jauh berbeda dengan rasa kue lumpur yang terbuat dari kentang dan santan yang biasa saya beli.
Secara hitung-hitungan ibu rumah tangga hal ini pun lebih menguntungkan karena harga ubi jalar yang jauh lebih murah daripada kentang.Â
Apalagi di bulan-bulan ini sepertinya petani ubi sedang panen. Ini terbukti dengan cukup banyaknya ubi jalar dijual di warung-warung sayur di wilayah kami melebihi waktu-waktu sebelumnya. Dengan harga jual rata-rata Rp 6000,-per kilogram.
Namun di sini tidak ada maksud mendiskriminasi petani kentang. Hanya saja, karena pemanfaatannya yang sudah sangat beragam, nilai jual kentang jauh lebih tinggi daripada ubi jalar yang pendayagunaannya belum maksimal.
Dengan memanfaatkan ubi jalar sebagai bahan dasar berbagai penganan, secara tidak langsung kita telah membantu petani ubi untuk bertahan di tengah situasi ekonomi kini yang sedang lesu akibat pandemi.
Selamat mencoba.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H