Pagi ini saya dan suami untuk pertama kalinya setelah gedung gereja kembali dibuka, mengikuti ibadah langsung tatap muka.
Anak kami dan ibu saya tetap di rumah. Kami berencana sore nanti kembali beribadah melalui live streaming, karena anak kami berkeras ingin beribadah bersama di rumah meskipun saya dan suami telah ikut ibadah di gereja.
Setelah mencuci tangan di wastafel depan gereja, disemprot dengan desinfektan ke seluruh badan dan pengukuran suhu tubuh, kami langsung diarahkan ke ruangan ibadah yang ada di lantai 1 dan lantai 2 gedung ini. Kami memilih ke ruang ibadah utama di lantai 2.
Semua petugas yang melayani mengenakan seragam jas tertutup lengkap dengan masker, face shield, dan sarung tangan.
Jarak antar kursi 1-2 meter. Saya hitung di lantai 2 ada sekitar 40 kursi, sedangkan di lantai 1 ada sekitar 30 kursi yang digunakan. Jadi untuk satu kali ibadah hanya bisa menampung lebih kurang 70 jemaat.
Jumlah ibadah pun dikurangi. Bila biasanya dalam satu hari.minggu ada 4 kali ibadah, sekarang hanya 2 kali saja. Jam 8 pagi untuk ibadah pertama, dan jam 10.30 untuk ibadah kedua.
Waktu ibadah juga dipersingkat. Hanya 1,5 jam dari yang biasanya 2 jam, dengan waktu kotbah maksimal 30 menit. Tidak ada pula sesi altar call (jemaat berdiri di samping altar untuk meminta didoakan langsung oleh Pendeta, biasanya berlangsung sesaat setelah ibadah selesai). Roti dan anggur untuk Perjamuan Kudus pun telah dikemas di dalam kantong plastik kecil dan telah tersedia di setiap kursi.
Setelah kebaktian selesai, kami dihimbau untuk langsung pulang. Tidak boleh lagi berkumpul atau bertegur sapa lebih lama di dalam gereja seperti biasanya jemaat lakukan setelah ibadah selesai.
Setelah 5 bulan hanya beribadah dari rumah, hadir kembali di gereja itu layaknya seperti mendapat hadiah yang luar biasa. Berjuta rasanya.Â