Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Depok Masuk Zona Merah? Nggak Heran!

10 Agustus 2020   12:51 Diperbarui: 10 Agustus 2020   18:05 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melansir dari Kompas, Kota Depok saat ini menyandang status sebagai satu-satunya zona merah Covid-19 nasional di Jawa Barat. sebagaimana diumumkan oleh Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Wiku Adisasmito, Kamis (6/8/2020) lalu.

Kasus tertinggi ada di Kecamatan Sukmajaya dengan kasus aktif 30 orang. Sedangkan kasus terendah ada di Kecamatan Bojongsari dengan kasus aktif sebanyak 5 orang. (CNBC Indonesia.com)

Saya sebagai warga Depok cukup kaget saat membaca berita ini. Namun bila melihat kembali kepada pola hidup dan perilaku warga Depok selama era kenormalan baru ini terutama yang ada di wilayah tempat tinggal kami, langsung terbesit di benak, tidak heran bila Depok masuk dalam zona merah. Wajar saja!

Satu atau dua kali dalam satu minggu saya dan suami keluar untuk berbelanja kebutuhan dapur. Sambil menyusuri jalan--jalan yang kami lalui, sering kami berdua geleng-geleng kepala sekaligus ngeri melihat banyaknya warga yang beraktivitas seperti biasa seolah tidak ada pandemi, dan mengabaikan protokol kesehatan.

Warung-warung kelontong dan beragam tempat usaha memang terlihat sudah berjualan dan membuka usaha seperti biasa. Pedagang-pedagang yang menggunakan gerobak juga telah berkeliling berdagang.

Namun sayangnya, para pemilik warung, pedagang keliling, pemilik tempat usaha juga pegawai-pegawai yang melayani pelanggan jarang yang terlihat menggunakan masker. Sama halnya dengan pembeli. Mereka santai saja beraktivitas tanpa pelindung diri. Jaga jarak pun sepertinya tidak berlaku sama sekali. 

Warga dengan bebas duduk-duduk di depan minimarket, di tempat-tempat makan, di pinggir jalan, beraktivitas ke sana ke mari tanpa menggunakan penutup mulut dan hidung juga tidak peduli dengan social distancing..

Anak-anak yang di awal pandemi jarang terlihat keluar rumah dan lebih banyak beraktivitas di dalam rumah, saat ini sudah kembali bermain di luar. Bermain layang-layang, bermain bola, juga bermain sepeda, tanpa menggunakan masker.

Semuanya berjalan seperti biasa. Seolah tidak ada hal yang harus dikhawatirkan. Bahkan di lingkungan saya kemarin sore berlangsung perlombaan tujuh belasan. Keren kan....

Bahkan sebuah sekolah swasta setingkat SD juga Bimbingan Belajar setingkat Taman Kanak-kanak di wilayah kami telah menggelar pembelajaran tatap muka sejak masuk tahun ajaran baru 2020.

Ilustrasi Covid-19 (Sumber : Shutterstock via Kompas.com)
Ilustrasi Covid-19 (Sumber : Shutterstock via Kompas.com)
Kesadaran warga terhadap pentingnya menjaga protokol kesehatan memang sangat rendah. Mungkinkah karena masyarakat sudah jenuh dengan aturan kesehatan yang berbulan-bulan dilalui tanpa adanya kejelasan kapan pandemi ini akan berakhir? Entahlah..

Bila keadaan ini dibiarkan terus, bukan tidak mungkin jumlah kasus Covid-19 di Kota Depok akan terus meningkat.

Pemerintah Kota Depok sendiri mengklaim kembali tingginya kasus Covid-19 di wilayah Depok, Jawa Barat karena disebabkan klaster perkantoran di DKI Jakarta. Hal itu dikarenakan mobilitas penduduk Depok yang tinggi sehingga dapat menyebabkan lonjakan kasus konfirmasi positif.

Andaikan benar demikian, perlu kerja sama dari setiap keluarga terutama yang memiliki anggota keluarga yang bekerja di luar Kota Depok untuk lebih awas dan meningkatkan standar kebersihan dan kesehatan keluarga guna memutus penyebaran virus tersebut.

Pemkot Depok sendiri berencana menerbitkan Surat Edaran untuk Protokol Kesehatan Pribadi yang akan diedarkan ke seluruh warga Depok. Semoga ini bisa terealisasi dengan cepat dan mendapat respon yang cepat pula dari warga.

Menurut Wali Kota Depok, Mohammad Idris Abdul Somad, nantinya masyarakat yang bekerja di luar kota Depok harus melakukan sterilisasi terhadap diri sendiri dengan cara cuci tangan menggunakan sabun yang bersih, kemudian mandi dan baju celana direndam air panas. Setelah itu, baru berinteraksi dengan keluarga. 

Sebuah tatanan kesehatan yang baik. Semoga warga mau melakukannya dengan sukarela.

Ada kecenderungan kebiasaan di masyarakat kita untuk melanggar aturan bila berada di luar pengawasan. Namun di situasi ini, kebiasaan tersebut tidak bisa terus dipelihara. 

Harus ada kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat, bahu-membahu membantu pemerintah dengan menjalankan tatanan yang telah ditetapkan, ada ataupun tanpa pengawasan. Agar pandemi ini segera berakhir.

Menurut saya, Pemkot Depok juga bisa menggerakkan Camat, Lurah, Ketua RW bahkan Ketua RT dan perangkatnya untuk melakukan sosialisasi secara bersinambung kepada warga juga pelaku usaha, serta lembaga-lembaga pendidikan, sekaligus pengawasan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan tersebut.

Saya juga mengajak warga Depok, ayo dukung usaha pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Tidak perlu keluar rumah jika tidak ada yang sangat penting.

Para orangtua juga dorong dan awasi anak-anak untuk tetap belajar dan bermain di dalam rumah. Bila pun harus keluar rumah, bentengi diri kita dengan disiplin menerapkan aturan kesehatan seperti yang sudah ditetapkan pemerintah.

Tabik.

Sumber satu, dua, tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun