Setelah melewati malam pergantian tahun yang dingin, karena hujan yang terus mengguyur sejak jam 5 sore. Kami terbangun sedikit kesiangan di keesokan paginya tanggal 1 januari.
Rencana hendak berkunjung ke rumah kerabat yang berada di wilayah Bekasi, terpaksa kami batalkan. Banyaknya akses jalan yang terputus akibat banjir, membuat kami tidak berani mengambil resiko. Fatal akibatnya bila kami terjebak banjir saat di perjalanan. Namun kami tetap berangkat untuk mengikuti ibadah syukur tahun baru, di gereja yang jaraknya hanya 1 km dari rumah.
Sepulang dari gereja, kami teringat bahwa tidak jauh dari tempat kami tinggal, ada satu kawasan yang sering menjadi langganan banjir kala musim penghujan tiba. Kami putuskan untuk melihat langsung seperti apa kondisinya. Â Tepatnya di kawasan Jalan Haji Ipin, Pondok Labu, Jakarta Selatan.Â
Kawasan ini dilalui oleh Kali Grogol, yang saat itu meluap menggenangi jalan dan perkampungan yang ada di sekitarnya.
Saat tiba di lokasi banjir, langsung terlintas dalam benak, ini satu kesempatan yang pas untuk memberi edukasi pada anak saya tentang bencana banjir, penyebab dan pencegahannya. Pesan pun saya sampaikan secara sederhana sesuai dengan tingkat nalar anak usia 11 tahun.Â
Antara lain saya tekankan, betapa pentingnya membuang sampah di tempat sampah. Sampah tidak boleh dibuang di sembarang tempat. Karena sampah yang dibuang di sembarang tempat pada akhirnya akan menumpuk di saluran-saluran air juga di kali atau sungai. Sehingga tingkat kedalamannya akan berkurang dan daya tampung air di saluran-saluran air tersebut juga akan berkurang. Saat hujan tiba, air akan meluap dan menyebabkan banjir.
Pentingnya penghijauan
Saya singgung juga pentingnya penghijauan dan tidak merusak tanaman. Karena akar tanaman berfungsi untuk menyerap air dan menyimpan air. Akar tanamn juga berfungsi menahan laju air di permukaan tanah saat hujan.Â
Beberapa meter di kiri kanan sungai atau kali sebaiknya diberi ruang bagi pepohonan, sehingga apabila terjadi luapan air, tidak langsung mengenai pemukiman warga.
TUHAN menciptakan alam dengan sempurna
Saya katakan padanya bahwa Tuhan sudah menciptakan alam dengan sempurna. Tidak pernah ada yang salah dengan buatan tangan-Nya. Tugas manusialah untuk memeliharanya. Manusia yang harus menyesuaikan diri dengan alam. Dan tidak perlu menyalahkan alam saat terjadi bencana.
Jadilah pemimpin yang bertanggungjawab.
Mengingat bencana banjir sering berulang hampir setiap tahun, bahkan tetap terjadi meskipun berkaki-kali ganti pemimpin. Saya sampaikan pada anak saya bahwa seorang pemimpin harus punya visi misi yang jelas untuk melindungi rakyatnya dari bencana. Apalagi bila sudah mengetahui wilayahnya kerap dilanda bencana. Tidak mengutuki alam yang kurang bersahabat, tidak pula menyalahkan pihak lain saat terjadi bencana.
Saya katakan, kita tidak pergi ke lokasi banjir untuk sekedar jadi penonton. Namun kita harus turut merasakan kesusahan yang mereka alami. Sebisa mungkin membantu, dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Dari mengumpulkan pakaian layak pakai, menyisihkan tabungan untuk disumbangkan pada korban banjir, mengajak teman-teman untuk menyumbang dan lain sebagainya.
Semoga pembelajaran singkat yang saya sampaikan padanya membekas dan membentuk pola pikir yang benar dalam menyikapi alam dan lingkungan dengan segala permasalahannya.
Semoga pula banjir cepat surut dan pihak terkait mendapatkan solusi terbaik agar bencana serupa tidak berulang di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H