Kedua. Yesus menjadi sahabat pria dan wanita.
Masih melihat dari silsilah Yesus. Dalam silsilah tersebut, tercantum beberapa nama wanita, yaitu Tamar, Rahab, Rut, istri Uria (bernama Batsyeba, yang diambil Daud menjadi istrinya) dan Maria., ibu Yesus.
Sementara bangsa Yahudi kala itu kental dengan budaya Patriarki, dimana salah satu aturannya, nama wanita tidak tercantum dalam silsilah. Bahkan wanita tidak mendapat bagian warisan dalam keluarga. Hanya laki-laki yang tertulis dalam silsilah, dan hanya laki-laki pula yang berhak mendapatkan warisan. Silsilah Yesus tentu melanggar adat istiadat Yahudi kala itu.
Disinilah Yesus ingin membuktikan bahwa Yesus tidak bersahabat dengan satu jenis gender saja. Yesus tidak memandang jenis kelamin.Â
Alangkah menyedihkan bila Yesus sendiri mau menjadi sahabat baik pria maupun wanita, sementara kita masih mengotak ngotakkannya.Â
Ambil contoh, sebagian orang masih menganggap pentingnya kehadiran anak laki-laki dalam sebuah keluarga. Sehingga walaupun sudah memiliki beberapa anak perempuan, istri akan 'dipaksa' untuk terus melahirkan sampai mendapatkan anak laki-laki. Bahkan tidak sedikit para suami tersebut memilih untuk menikah lagi demi mendapatkan anak laki-laki. Anggapan ini bahkan menjadi budaya yang masih dipertahankan di beberapa daerah di bumi Pertiwi ini.Â
Kalau Yesus sendiri tidak membedakan gender, mengapa kita malah memperkarakannya ? Bukankah Yesus datang untuk kamu dan saya, untuk pria dan wanita.Â
Semoga pesan Natal PGI dan KWI tahun ini bukan hanya menjadi pesan yang sekilas dibaca lalu menghilang dari pikiran.Â
Semoga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah keluarga, lingkungan bertetangga, sekolah, tempat kerja, atau dimanapun kita berkehidupan.
Bak benih yang ditabur, biarlah pesan Natal tersebut bertumbuh, berakar dan berbuah yang baik dalam kehidupan kita masing-masing.
Selamat Natal, Tuhan memberkati.