Decak jarum jam tanganku mengiringi sisa-sisa air hujan yang menetes dari atap genteng. Aku sedih dan kesepian karena kehilangan sesuatu yang berharga bagiku. "kamu ada dimana Miko...?" gumamku sabil menyenderkan dagu di atas meja belajarku dan menatap awan yang mirip dengan Miko dari jendela.
Miko adalah kucing kesayanganku yang menemaniku sejak masih kelas lima SD. Kesenangan sampai kesedihanku yang terkadang tidak dapat kuutarakan ke orang-orang, akan kucurhatkan kepada Miko. Akan tetapi, sudah dua minggu aku dan ibuku mencarinya, dari sekeliling komplek kami sampai ke komplek sebelah, tetap tidak dapat menemukan Miko di manapun. Kami juga tidak lupa menempel poster lucu Miko, dengan harapan orang berbaik hati yang melihatnya akan menghubungi kami.
 Di sela-sela kegalauan ku, tiba-tiba ibu memanggilku dari arah dapur."Rina!Kamu sudah belajarnya? Kalau sudah, bantu ibu menyiapkan makan malam sini yuk!" panggil ibu dari arah dapur.
"iya bu, sebentar lagi akan selesai!" Sahutku yang masih menatap awan mirip Miko yang perlahan mulai memudar. Langit yang tadinya gelap seperti ingin menurunkan hujan perlahan memudar, sehingga sinar senja dapat menembus awan-awan gelap.
Tiba-tiba saja aku merasa seperti tercerahkan setelah melihat fenomena tersebut, lalu  aku yang tadinya berputus asa mengambil secarik kertas dan pena. Dengan kertas dan pena itu, kutuliskan semua kerinduan dan kesedihanku, juga kutuliskan harapan dan do'aku -- dengan harapan agar Tuhan membantuku untuk menemukan Miko. Setelah selesai menuliskan doa dan harapanku, aku pun menempelkannya di dinding kamar. Sebelum pergi, aku masih memperhatikan foto imut Miko saat kami berdua saat-saat bermain yang sengaja kutempel di dinding kamar. Â
"saat-saat bersamamu adalah saat-saat yang paling menggembirakan.."gumamku sambil tersenyum dan pergi ke dapur untuk membantu ibu.
"Ibu..! Kita akan masak apa hari ini? Seperti yang hangat-hangat cocok untuk cuaca dingin." Tanyaku.
"kita akan membuat sop ikan, siapatahu Miko datang karena mencium aromanya-Dia kan sangat suka ikan bukan?" ujar ibu sambil mengacungkan jempol.Â
"ide yang cemerlang bu! Mudah-mudahan Miko capat kembali karena mencium masakan kita." Ungkapku, sambil mengacungkan  sendok pengaduk sop ke foto Miko yang di tempel di pintu kulkas.Â
Ibu kaget melihat aksiku, dan terdiam."eh...ya kan bu?"tanyaku kepada ibu.
"Betul,betul,betul bersiaplah Miko! Aroma sop ini akan menyerangmu!!" tukas Ibu dengan penuh semangat. Akhrinya, kami berdua tersenyum lucu atas tingkah dan duga-dugaan yang kami buat untuk Miko.
"Miko pasti kembali." Tulisku di akhir kertas harapanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H