Amar tidak menghamburkan uang-uang yangtelah berdatangan kepadanya. Ia menabungnya terlebih dahulu dan merencanakan untuk pemakaian seperlunya dan menjauhi berboros-boros. Akhirnya, ia tidak meminta kiriman dari keluarganya dan menyarankan agar diberikan untuk biaya sekolah adik-adiknya. Amar juga memberikan kiriman sebagian uang hasil dari dagangannya.
 Setelah selesai shalat kami pun membereskan dagangan. Aku sempat termenung karena memikirkan kesungguhan dari sahabatku ini. "Mungkin aku juga bisa seperti itu," camku dalam hati. Eh, si Amar malah sadar akan kelegahan ku ini dan memasukkan pecahan es ke dalam bajuku. Sontak saja, membuatku melompat-lompat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H