Mohon tunggu...
Berlian Alfin
Berlian Alfin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

(Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas - Mohammad Hatta. Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya - Joseph Brodsky)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Kutinggalkan di Sana"

27 November 2023   23:40 Diperbarui: 27 November 2023   23:50 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumbergambar. Pixabay

"Dinginnya angin malam ini... menyapa tubuhku.. 

Namun tidak dapat dinginkan.. panasnya hatiku ini.." Irama musik melankolis dari penyanyi asal malaysia itu memenuhi ruangan mobil. 

Mobil terus melaju di kecepatan yang tetap stabil antara 80 Km/jam. Kota-kota yang indah terlihat lebih indah dari jembatan yang menghubungkan dua wilayah sibuk itu. 

"Putri.." desah Aril sambil membuang pandangannya ke lautan lepas yang di ujungnya terdapat cehaya yang gemerlap indah. 

Aril sudah lama mengenal Putri, bahkan sudah menjadi 'teman masa kecil'nya Aril. Selama ini, Aril selalu bersantai dan merasa tenang dengan hubungan yang sebatas teman masa kecil ini. 

Tentu saja hubungan itu tidak akan bertahan selamanya, dan suatu saat akan berakhir. Dan akhir yang diinginkan tergantung usaha yang dilakukan. 

Tidak lama ini, Putri sebenarnya memiliki rasa tertarik terhadap Aril. Terlebih mereka telah dewasa dan menempuh pendidikan sebagai mahasiswa semester enam di Universitas Unggulan. 

Waktu berlalu begitu saja, Putri hanya menunggu Aril yang akan menjawab panggilan bisu dari hatinya itu. Semestinya Putri melakukan usaha sekecil apapun dan bukan malah pasrah. Kemungkinan salah satu sebabnya adalah 'segan' kepada Aril. Sampai waktu telah menggugurkan rasa yang telah mekar itu menjadi hangus tak tersisa. 

Aril mulai merasakan keanehan terhadap Putri, yaitu kebiasaan Putri yang menunggu Aril di depan gerbang Universitas tak kunjung lagi datang. Aril merasa aneh sekali gus heran dengan perilaku Putri yang tiba-tiba berubah. 

Sampai pada suatu malam, Aril sedang jalan bersama Ayah, Ibu dan beserta adiknya ke suatu restoran mewah berlatar belakangkan pemandangan lautan malam yang ditaburi lautan lampu yang indah. Aril tanpa sengaja berpapasan dengan Putri yang baru saja datang bersama seorang lelaki yang dikenal dengan sebutan 'Romi' sahabatnya sendiri. 

Aril meminta Adik perempuannya yang bernama 'Sarah' untuk memandu ayah dan ibu mereka terlebih dahulu kedalam mobil. Karena Aril mengatakan, "aku ada urusan pembayaran di meja kasir" ungakapnya. Sarah hanya mematuhi perkataan saudaranya itu, walau terbersit kejanggalan situasi yang tiba-tiba itu. 

"Selamat yah.." hanya itulah yang pertama muncul dari lisan Aril, entah kenapa. 

Putri yang ternyata mengharapkan lebih, yang mengharapkan agar Aril lebih terkejut dan memaksanya kembali kepangkuannya. Tetapi, situasi yang diimpikannya itu tidaklah dapat terjadi di kehidupan nyata.

Setelah beberapa detik, Aril dan Romi berbicara. Tetapi, dengan bahasa yang tersirat dan tidak tersurat. Romi yang kala itu seolah mengekspresikan wajah kemenangan. Dan bagi Aril itu sangat mengesalkan sekali. Ditambah lagi Putri yang tidak pernah dilihatnya berdandan dengan keniatan seperti itu tidak pernah sama sekali dilihatnya, benar-benar berbeda sekali. 

Putri tertunduk saat di ajak bertatapan oleh Aril. Tetapi, Romi langsung menarik tangan Putri dan memandunya ke meja yang telah dipesan. 

Aril masih menatap kepergian teman masa kecilnya itu. Diharapkannya Putri akan menoleh kebelakang walau hanya sedetik. Tetapi, sampai ia duduk pun tidak ada tolehan sama sekali. Dan Aril pun pergi kemobil dan pulang bersama keluarganya. 

Bukannya Putri tidak menoleh, tetapi benang waktu berkata lain. Sedetik setelah kepergian Aril dari pintu restoran itu, seperdetik itu Putri menoleh kearah Aril. Kini hubungan mereka benar-benar hancur. 

Hari telah berlau, dan sudah seminggu lamanya sejak hari itu. Tetapi Aril masih tidak melupakan kejadian itu. Dan aneh lagi dirasa Aril, yaitu ketika dia melihat Putri dan Romi yang malah terlihat mesrah dan bahagia saat kebetulan lewat dari pandangannya. Kini, Aril telah menyerah kepada Putri dan mendoakan kebahagiaan Putri. 

Dengan kecepatan yang sedikit menaik, dan suara musik yang semakin mengeras. Begitu pun, Aril masih belum bisa mensucikan hatinya sepenuhnya. Hatinya telah dinodai penyesalan, dan kesadaran akan cinta setelah tiadanya. Mungkin hatinya akan suci, tetapi mungkin juga tidak. 

Demikianlah, malam tenang yang disinari rembulan. Di atas jembatan gantung, Aril menggantungkan seluruh rasa itu dan meninggalkannya disana. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun