Mohon tunggu...
Berlian Alfin
Berlian Alfin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

(Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas - Mohammad Hatta. Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya - Joseph Brodsky)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Kutinggalkan di Sana"

27 November 2023   23:40 Diperbarui: 27 November 2023   23:50 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aril meminta Adik perempuannya yang bernama 'Sarah' untuk memandu ayah dan ibu mereka terlebih dahulu kedalam mobil. Karena Aril mengatakan, "aku ada urusan pembayaran di meja kasir" ungakapnya. Sarah hanya mematuhi perkataan saudaranya itu, walau terbersit kejanggalan situasi yang tiba-tiba itu. 

"Selamat yah.." hanya itulah yang pertama muncul dari lisan Aril, entah kenapa. 

Putri yang ternyata mengharapkan lebih, yang mengharapkan agar Aril lebih terkejut dan memaksanya kembali kepangkuannya. Tetapi, situasi yang diimpikannya itu tidaklah dapat terjadi di kehidupan nyata.

Setelah beberapa detik, Aril dan Romi berbicara. Tetapi, dengan bahasa yang tersirat dan tidak tersurat. Romi yang kala itu seolah mengekspresikan wajah kemenangan. Dan bagi Aril itu sangat mengesalkan sekali. Ditambah lagi Putri yang tidak pernah dilihatnya berdandan dengan keniatan seperti itu tidak pernah sama sekali dilihatnya, benar-benar berbeda sekali. 

Putri tertunduk saat di ajak bertatapan oleh Aril. Tetapi, Romi langsung menarik tangan Putri dan memandunya ke meja yang telah dipesan. 

Aril masih menatap kepergian teman masa kecilnya itu. Diharapkannya Putri akan menoleh kebelakang walau hanya sedetik. Tetapi, sampai ia duduk pun tidak ada tolehan sama sekali. Dan Aril pun pergi kemobil dan pulang bersama keluarganya. 

Bukannya Putri tidak menoleh, tetapi benang waktu berkata lain. Sedetik setelah kepergian Aril dari pintu restoran itu, seperdetik itu Putri menoleh kearah Aril. Kini hubungan mereka benar-benar hancur. 

Hari telah berlau, dan sudah seminggu lamanya sejak hari itu. Tetapi Aril masih tidak melupakan kejadian itu. Dan aneh lagi dirasa Aril, yaitu ketika dia melihat Putri dan Romi yang malah terlihat mesrah dan bahagia saat kebetulan lewat dari pandangannya. Kini, Aril telah menyerah kepada Putri dan mendoakan kebahagiaan Putri. 

Dengan kecepatan yang sedikit menaik, dan suara musik yang semakin mengeras. Begitu pun, Aril masih belum bisa mensucikan hatinya sepenuhnya. Hatinya telah dinodai penyesalan, dan kesadaran akan cinta setelah tiadanya. Mungkin hatinya akan suci, tetapi mungkin juga tidak. 

Demikianlah, malam tenang yang disinari rembulan. Di atas jembatan gantung, Aril menggantungkan seluruh rasa itu dan meninggalkannya disana. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun