Karena ada cognitive dissonance ini anda jadi semakin sulit untuk mikir dan sadar mana kenyataan mana yang bukan. Tapi yang perlu anda sadari adalah ketika cognitive dissonance itu ada dan anda cenderung percaya sisi yang mau anda percaya aja. Dikasus tadi kemungkinan anda bisa tetap percaya, kalo sebenarnya temen anda ini tertarik karena dia udah beberapa kali ngrespon bagus ya walaupun ada respon yang nggak bagus. Tapi orang yang namanya lagi naksir berusaha percaya dengan respon-respon yang bagus aja yang jelek nggak dipikirin.
Akibatnya, anda terus berada dilingkaran dimana anda udah berkali-kali diPHP-in tapi anda tetap bertahan dan terus mencari bukti kalo mereka tuh sebenarnya suka sama anda. Kayak misalnya, ketika mereka senyum atau ngobrol anda berfikir 'wah ini fix sih dia suka sama gue'. Padahal, besar kemungkinan orang tersebut mengirim dua sinyal sekaligus. Ketika anda fokus ke sinyal positif tanpa mempertimbangkan sinyal negatif ekpektasi anda akan tidak sesuai sama kenyataan. Jadinya, anda semakin terjerumus ke dalam friendzone.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H