Mohon tunggu...
Berliana Ananda Putri
Berliana Ananda Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Jakarta

keep learning until your dream is achieved

Selanjutnya

Tutup

Book

Perkara Takdir dalam Novel "Aki" Karya Idrus

25 Oktober 2022   09:54 Diperbarui: 25 Oktober 2022   11:38 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abdullah Idrus atau yang biasa dikenal sebagai Idrus adalah seorang sastrawan Indonesia. Ia lahir pada tanggal 21 September 1921 di Padang, Sumatera Barat. Sebagai seorang sastrawan, ia menerjemahkan karya sastra. Selain itu, ia juga menulis beberapa karya sastra, seperti cerpen, drama, dan novel. Ada beberapa karyanya yang cukup monumental. Salah satunya adalah Novel Aki. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1950 dengan tebal 45 halaman.

Di dalam novel ini dijelaskan bahwa ada seorang laki-laki yang meramalkan dirinya akan mati pada kurun waktu tertentu, ia bernama Aki. Aki adalah seorang laki-laki yang berusia 29 tahun tetapi tampak tua seperti berusia 40 tahun. Badan Aki terlihat lebih renta karena penyakit paru-paru yang dideritanya. Sudah cukup lama Aki mengidap penyakit paru-paru yang membuat badannya kurus kering dan terlihat bongkok. Aki tinggal bersama istrinya yang bernama Sulasmi dan kedua anaknya yang bernama Akbar dan Lastri. Sulasmi selalu merawat suaminya dengan baik hingga Aki beruntung dalam rumah tangganya.

Setiap orang akan mengejeknya apabila melihat postur tubuhnya yang seperti itu. Namun, tidak demikian dengan rekan sekantornya. Mereka sangat menghormati Aki karena Aki selalu memperlakukan mereka dengan baik. Selama menjadi atasan, Aki tidak pernah mengabaikan bawahannya, bahkan ia selalu memperhatikannya. Pimpinan kantor Aki pun memberi kepercayaan kepada Aki karena hasil kerjanya yang selalu memuaskan dan Aki juga dikenal sebagai seorang yang pekerja keras.

Sampai pada suatu hari, penyakit yang dideritanya semakin parah. Aki mengatakan kepada istrinya bahwa ia akan meninggal pada tanggal 16 Agustus. Ia juga meminta kepada istrinya untuk menyiapkan segala sesuatu menjelang kematiannya. Aki optimis bahwa dirinya akan berhadapan dengan kematian dalam kurun waktu setahun lagi. Ketika dirinya sakit, tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya akan menyembah Tuhan, melainkan hanya memikirkan akan kematiannya saja. Hal tersebut sangat bertentangan dengan takdir karena hanya Tuhan lah yang menentukan kematian sehingga tidak ada satu orang pun yang bisa mengetahui kapan akan datangnya kematian.

Semenjak kejadian itu, ia mengajukan permohonan berhenti bekerja kepada pimpinan kantornya dengan alasan bahwa ia akan meninggal pada 16 Agustus di tahun yang akan datang. Mendengar pembicaraan Aki yang tidak masuk akal, pimpinan kantor dan rekan sekantornya menganggap ia telah gila. Padahal pimpinan kantornya sudah berniat untuk menaikan gaji dan pangkat Aki tetapi ia malah ingin berhenti bekerja dengan alasan yang tidak logis. Pimpinan kantornya mulai memperhatikan gerak gerik Aki, namun ia tidak menemukan kejanggalan pada sikapnya. Sikapnya normal-normal saja seperti biasanya, tidak terdapat hal yang menunjukkan ketidakwarasannya.

Tibalah di tanggal 16 Agustus yang diramal Aki sebagai tanggal kematiannya. Seluruh warga kantor sibuk menghiasi mobil kantor dengan bunga-bunga yang melambangkan kematian. Aki sendiri telah memakai pakaian terbagusnya untuk menghadapi malaikat maut yang akan mendatanginya pada pukul 3 nanti. Sebelum pukul 3, Aki menyuruh Akbar dan Lastri untuk keluar kamar dan menyuruh Istrinya agar tidak tidur di sampingnya. Sampai pukul tiga lewat dua puluh menit, Sulasmi memberanikan diri melihat kondisi suaminya. Ketika dilihatnya sang suami sudah tidak bernapas lagi, ia masih mencoba memanggil namanya berulang kali, namun sang suami diam saja tidak bergerak. Sulasmi kemudian keluar kamar dan memberitahukan kepada semua orang bahwa suaminya telah tiada. Sebagian orang sibuk menyiapkan kereta jenazah, sedangkan yang lainnya berebutan ingin melihat jenazah Aki. Tak lama kemudian orang-orang yang memasuki kamar Aki berlarian keluar. Sulasmi merasa bingung melihat mereka berhamburan lari keluar. Akhirnya Sulasmi memutuskan memasuki kamar untuk melihat apakah terjadi sesuatu di kamar, namun yang Sulasmi dapatkan adalah melihat suaminya yang sedang merokok. Dan ternyata suaminya belum meninggal. Ia hanya tertidur pulas dan kemudian terbangun karena mendengar keributan di luar.

Setelah peristiwa itu, Aki terlihat lebih sehat dan kehidupan rumah tangganya pun selalu bahagia. Aki menggantikan posisi kepala kantornya yang telah meninggal tiga tahun lalu. Ia juga melanjutkan kuliah di fakultas hukum. Semangat hidupnya telah bangkit kembali. Ia mengatakan kepada istrinya bahwa ia ingin hidup lebih lama lagi bahkan hingga seratus tahun lamanya. Hal ini terdapat pada kalimat di dalam novel tersebut "Aku belum tua dan aku tidak jadi mati umur enam puluh tahun. Aku mau hidup seratus tahun lagi", ujar Aki. Dugaan Aki mengenai kematiannya pun salah. Sudah sangat jelas bahwa manusia tidak akan pernah bisa meramal kapan hari kematiannya akan datang karena hanya Tuhan lah yang dapat menentukan kematian seseorang.

Novel Aki karya Idrus ini menjelaskan tentang persoalan takdir. Takdir yang tidak dapat diketahui oleh satu pun makhluk di muka bumi ini. Pelajaran yang dapat kita ambil dari novel ini adalah kita tidak boleh menentang takdir Tuhan, karena dari manusia hidup sampai meninggal yang menentukan ketetapannya hanya Tuhan. Tugas kita hanya berbuat baik kepada sesama dan percaya akan ketetapan Tuhan. Berbuat baiklah, namun jika berbuat baik tetapi masih tidak percaya akan takdir Tuhan maka sama saja kita menentang akan ketetapan Tuhan. Aki sendiri merupakan sosok yang sangat baik hati, akan tetapi dirinya selalu menebak-nebak kematian yang akan menghampirinya. Dirinya pun tidak ingat kepada Tuhan, ia tidak pernah sembahyang dan puasa. Namun, seiring berjalannya waktu akhirnya dirinya tersadar bahwa tidak boleh yang namanya menentang takdir.

Menurut saya, di dalam novel ini terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang saya temui. Kelebihannya, seperti kualitas cetakan bukunya yang cukup bagus, sampul belakang bukunya yang dilengkapi riwayat pengarang sehingga dapat memudahkan pembaca untuk mengetahui karya-karya lain dari penulis yang sama, isi bukunya yang sangat bagus dan memotivasi pembaca karena selain humor yang dikembangkan oleh pengarang, ia juga mencantumkan amanat yang bersifat religius bagi para pembaca, alur cerita dari buku ini merupakan alur maju dan sangat jelas karena disertai dengan latar waktu, tempat, dan suasana pada setiap ceritanya, dan buku ini juga dilengkapi dengan beberapa ilustrasi gambar.

Adapun kekurangannya di dalam novel ini, seperti sampul bukunya yang sulit untuk dimengerti dan sampulnya juga kurang menggambarkan isi dari novel tersebut, bahasa yang digunakan juga sedikit sulit untuk dipahami, dan ada beberapa jalan cerita yang kurang masuk akal atau tidak nyata, sehingga membuat pembacanya semakin sulit untuk memahami isi .dari novel tersebut.

Referensi:

Idrus. (1950). Aki. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun