Menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk dibahas ketika seorang teman curhat bahwa dalam kelasnya seorang anak laki-laki yang duduk dikelas 6 SD memiliki kebiasaan yang sedikit ganjil. Kebiasaannya itu mengambar gambar-gambar seksualitas seperti payudara dan alat-alat genital dengan sangat sempurna ketika pelajaran sedang berlangsung. Juga otaknya menjadi sangat cepat konek pada hal-hal negatif, misalkan ketika guru menyebut kata gunung dengan spontan siswa tersebut tertawa dan otaknya menerjemahkannya menjadi payudara begitu juga istilah-istilah bahasa porno yang lagi trend dikalangan anak-anak sekarang
Hal ini menjadi sesuatu yang mengagetkan seluruh guru juga kepala sekolah mengingat siswa tersebut seorang yg sangat saleh. Maka dilakukanlah bimbingan konseling pada siswa tersebut juga home visit untuk menemukan solusi pada anak tersebut.
Membicarakan seks masih menjadi sesuatu yang sangat tabu di lingkungan kita saat ini. Seks selalu dikaitkan dengan bentuk-bentukan asumsi sosial, yang selalu melibatkan nilai moral, nilai agama, perspektif politis dan norma sosial. Padahal sebenarnya seksualitas itu memerlukan wacana agar hal seperti ini bisa dihindari.
Tubuh bukanlah suatu objek yang dengan mudahnya dapat diteliti lalu disimpulkan secara reduktif dan sempit. Tubuh bukan sekedar kesatuan organ2 atau sebatas kulit dan daging. Tetapi keberadaan tubuh lebih substansial daripada perihal anatomi semata.Tubuh adalah tujuan untuk mencapai rasa, dalam pengertian ini, tubuh bukanlah terbatas pada perannya sebagai alat, tetapi tubuh merupakan tujuan itu sendiri. Apa tujuan tubuh itu? berdasarkan filsafat dari kama sutra memandang bahwa kenikmatan adalah suatu yang absolut bagi tubuh. Tujuan serta hakikat dari tubuh adalah merasakan kenikmatan. Dan menurut Foucault bahwa manusia bukanlah sebatas makhluk rasional tetapi makhluk yang berhasrat " I felt obliged to study the games of truth in the relationship of self with self and the forming of oneself as a subject, taking as my domain of reference and field of investigation what might be called the history of desiring man."
Semua orang memiliki imajinasi-imajinasi seksual, sekalipun anak-anak dan kebetulan saja anak yang sedang bahan pembicaraan disekolah itu sedang tidak beruntung dari yang lain, bukan karena dia lebih binal atau tidak bermoral, tapi tidak beruntung untuk itu perlu bimbingan orang tua dan seluruh element dalam lingkungannya.
By. Ordinary girl
-berli-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H