Mohon tunggu...
winingsih
winingsih Mohon Tunggu... Freelancer - amateur writer

menulis adalah upaya mengingat dan mengenang

Selanjutnya

Tutup

Seni

Melihat Kobaran Dendam di Pajajaran Dari Rumah, Dalam Pentas Drama "Hutbah Munggaran di Pajajaran"

12 September 2022   00:56 Diperbarui: 12 September 2022   01:00 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu adegan dalam drama "Hutbah Munggran di Pajajaran" https://youtu.be/OjpUGKTIXLs

2020 menjadi tahun yang cukup melelahkan, manusia "dipaksa" untuk berubah. Ruang gerak orang-orang dibatasi untuk membatasi ruang penyebaran virus. Akan tetapi, keadaan itu tidak lantas membuat ruang-ruang kreatif ikut lumpuh, gairah untuk terus melahirkan karya tidak ikut terinfeksi. 

Salah satunya yang dilakukan oleh para seniman yang tergabung dalam Komunitas Budaya Posstheatron Garut (KBPG) bersama Himpunan Sastrawan Dramawan Garut (HISDRIGA) yang didukung oleh Pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Kebudayaan Kabupaten Garut dan didukung juga oleh Pemerintah dengan program Fasilitas Bidang Kebudayaan (FKB) Tahap 1 2020 Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam membentuk usulan Karya Inovatif akan menggelar pertunjukan drama berjudul "Hutbah Munggaran Di Pajajaran." 

Pergelaran drama ini digelar pada tanggal 24, 25, 26 Oktober 2020 di Jagat Pentas Padepokan Sobarnas Martawijaya.Jl. Raya Cipanas, Kp. Tegalsari, Ds. Langensari Rt 004 Rw004 Tarogong Garut. Ada pun tujuan dari pergelaran drama HMDP adalah untuk menumbuhkan minat generasi muda pada budaya dan mengeksplorasi sesuai dengan semangat zaman.

Naskah drama Hutbah Munggaran di Pajajaran ini merupakan karya yang ditulis oleh Yus Rusyana. Ada pun pergelaran drama HMDP ini disutradarai oleh Ari KPIN, seorang penggiat seni, komposer, instruktrur musik, penulis buku Musikalisasi Puisi (Tuntunan dan Pembelajaran), pemain & anggota Indonesian Philharmonic Orchestra (1999-2004).

Pergelaran drama HMDP membalut konsep pergelaran drama dengan kesenian tradisional Sunda. Balutan budaya dalam pergelaran ini semakin terasa tatkala beberapa adegan dibumbui dengan ibing pencak silat, tarian, serta alunan musik tradisional Sunda. Musik tradisional yang membalut drama HNDP memberikan efek waas (lirih). Pada saat adegan perkelahian, para tokoh banyak menggunakan gerakan-gerakan pencak silat. 

Satu adegan yang paling menarik perhatian adalah ketika prajurit Kian Santang melafalkan kalam Allah pada saat mereka berlatih jurus-jurus pencak silat, gerakan pencak silat yang tampilkan mengikuti ketukan nada tuturan kalam Allah, hal itu mencitakan keharmonisan gerak dan suara. Sayangnya, ada beberapa adegan perkelahian terlihat seperti berjeda. Adegan antara menangkis dan memukul kurang sinkron, sehingga mengurangi ketegangan dan keintensan adegan yang sudah dibangun sejak awal.

Penggunaan kostum dan tata rias yang dipakaikan pada pemeran drama HMDP sangat sesuai dengan konsep pergelaran yang mengusung tema sejarah. Penggunaan kostum dan tata rias yang baik, diimbangi dengan kemampuan para pemain dalam membawakan peran. Mimik wajah, intonasi, dan pelafalan sudah sangat pas dan cukup maksimal.

 Sayangnya, tata pencahayaan dalam pementasan drama terasa kurang maksimal. Pada beberapa adegan, pemeran tidak tersorot lampu dengan baik, sehingga mimik dan ekspresi dari pemeran tidak dapat terlihat dengan jelas oleh penonton.

Walau cerita yang digelarkan berkisah tentang peperangan yang dilakukan oleh Kian Santang untuk mengislamkan Pajajaran, tetapi isi dari pergelaran ini tidak hanya menampilkan konflik tanpa memberi penyadaran. Dalam dialog-dialog yang disampaikan para pemeran, banyak terselip renungan kehidupan, sarkasme, kenyataan sosial, dll.

Dialog yang diucapkan Madenda memberikan efek perenungan, terlebih tentang eksistensi manusia itu sendiri. Apa lagi yang hendak dicapai manusia hingga rela mengorbankan banyak hal? Apa yang ingin dipertahankan dan diperjuangkan manusia hingga rela saling menghujamkan senjata pada yang sebangsa? 

Pada dialog yang diucapkan Madendra juga menimbulkan efek saskasme karena apa yang ada dalam dialog secara tidak langsung menyindir praktik-praktik politik. Peperangan melalui pertempuran fisik dengan dalih pemertahanan ekonomi ataupun menyebarluaskan pemahaman telah merenggut banyak hal, dan yang paling berdampak adalah rakyat. Rakyat kehilangan banyak hal, mulai dari harta benda, hingga keluarga. Besarnya ego untuk menjadi berkuasa menutup mata dan hati pada penderitaan sesama.

Di sisi lain, penokohan si pengkhianatan Djaya Antea (Ari KPIN) seolah menjadi penggambaran bagaimana orang-orang yang selalu merasa lapar akan kekuasaan, hingga rela memakan daging keluarganya sendiri yang telah merawat dan membesarkannya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Menghasut dan memfitnah seakan menjadi hal yang sederhana, mementingkan kepentingan pribadi menjadi agenda utama saat menaiki takhta.

Terlepas dari nilai yang ada dalam pergelaran drama HMPD ini, penggunaan bahasa Sunda klasik memberikan dua efek terhadap pergelaran drama HMPD. Di satu sisi, penggunaan bahasa Sunda klasis lebih membuat cerita hidup karena sesuai dengan latar tempat dan kejadian. Akan tetapi, di sisi lain penggunaan bahasa Sunda klasik membuat keberterimaan cerita kepada penonton menjadi berjarak. Banyaknya kosa kata yang sudah tidak familier didengar, membuat penonton tidak dapat mencerna kisah ini secara utuh.

Secara keseluruhan, pergelaran drama HMDP sukses digelarkan dengan segala keterbatasan dan kendala yang disebabkan oleh kondisi pandemi. Meski hanya dihadiri sedikit penonton, tidak menjadi alasan pergelaran drama HMDP digelarkan dengan asal- asalan. Pergelaran tetap digarap dengan matang dan serius, sehingga berhasil mengoyak perasaan dan memberi pengalaman menonton sebuah pergelaran dengan baik kepada penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun