Mohon tunggu...
Tryas Febrian
Tryas Febrian Mohon Tunggu... Programmer - Complex

I love your writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan Mengacaukan Rencanaku

3 September 2020   19:50 Diperbarui: 3 September 2020   19:55 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hallo. Ah bukan awal yang baik untuk memulai sebuah tulisan. Mengungkapkan sesuatu memang sangat sulit baik di tulisan ataupun secara lisan. Keduanya membuatku sulit, aku membutuhkan banyak impulse atau mungkin sedikit tipsy untuk mengantarkannya pada indraku. Dan ini adalah another tipsy moment.

Ingatkah kamu tentang event musik di kampus dulu? Tepatnya berada pada kampusmu. Pada saat itu kamu adalah bagian dari event itu, dan aku adalah bagian dari crowd yang sedang kebetulan datang pada saat itu. 

Yang entah mengapa pada hari itu aku membatalkan pergi untuk menonton konser Copeland dan secara impulsif malah pergi ke kampus kamu. Pilihan yang sungguh kontradiktif. 

Jelas sekali pada saat itu aku sangat menyukai Copeland dibandingan apapun yang ada di kampus kamu pada saat itu. Tapi entah kenapa aku memutuskan untuk pergi kesana, akupun tidak tahu jawabanya. Lagi-lagi Tuhan sangat humoris mempermainkan apa yang telah aku rencanakan.

Aku adalah orang yang sangat malas untuk mengingat suatu hari pada sebuah tanggal, tapi sangat senang sekali mengingat (berbagai) momen. Salah satu momen adalah hari itu. Berawal dari memandangi sekelilingku, ke sana-kemari, aku memandangi secara acak. 

Tiba-tiba pandanganku terhenti pada suatu titik. Pandanganku terhenti tepat pada seorang wanita yang sedang duduk dan tampak seperti sedang kelelahan.

Aku memandanginya karena wanita tersebut bisa membuatku tertegun beberapa detik, ya dia sangat cantik. Tampaknya beberapa detik tersebut menjadi ratusan, bahkan ribuan. 

Aku mendapatkan spot yang tepat untuk selalu mencuri pandang kepadanya. Aku sudah seperti pengintai yang lihai seperti Sherlock Holmes pada saat itu. 

Jika memandangi orang seperti yang aku lakukan adalah sebuah dosa, aku adalah pendosa yang hebat. Memang terlalu dini untuk aku menyebutnya jatuh cinta pada pandangan pertama bahkan pada saat itu aku berpikir, untuk sekadar mengetahui namanya pun mustahil. 

Maka pada saat itu aku hanya memutuskan untuk mengingatnya saja. Dia berambut pendek seperti jamur (Entah kenapa dia mengingatkanku seperti Zooey Deschanel, cantik). 

Lalu satu titik kecil di bawah bibir pada bagian kanan membuatnya sangat mudah untuk diingat, tahi lalat. Sebenarnya aku sudah cukup mengingat akan dua hal tadi. Tetapi rasanya tetap masih belum cukup jika aku tidak mengingat sepatunya, warna pakaian yang ia kenakan, dan aksesoris yang ia pakai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun