Sungguh bagi saya amat keterlaluan. Petani yang baru pulang dari sawahnya diajak berpolemik soal politik. Mereka disuguhi pemilihan antara memilih Berbaur dan Kholifah. Meski agak rada-rada bingung, kakek ini tidak menjawab. Dia berdalaih yang penting peduli sama rakyat. Lantas orang yang kata tetangganya adalah tim suksesnya Kholifah itu, malah mendoktrin dengan pernyataan memilih calon pemimpin yang tidak didukung ulama hidupnya tidak barokah.
Strategi yang cukup alot itu tanpa disadari blunder. Mereka tidak berinovasi dan kurang mengejar kekuatan tim. Karena beralasan kholifah sudah berhasil merangkul berbagai tokoh kharismatik. Sehingga muncul bahasa, kalau sudah didikung tokoh tidak usah ambisi maju sebagai calon.
Kata-kata demikian bagi saya sangat berlebihan. Apakah politik harus disangkut pautnya dengan ketokohon kultur. Atau hanya sebagai mediasai untuk menunjukkan bahwa calon ini direstui. Sehingga masyarakat memanggap calon ini memiliki tanggung jawab. Timses dan konstituennya tinggal buka baju dan menunjukkan dadanya. Â bahkan dalam pemenangannya Kholifah ditarget menang mutlak 75 - 100 %.Â
Secara tidak langsung, justru ajakan yang tidak sehat seperti ini bakal menurunkan kredibilitas calon. Konstituen seperti ini nyatanya bodoh yang pura-pura pintar. Gaya-gaya komunikasi yang reaktif agresif sikap konstituen dan timses Kholifah bahaya, nanti suaranya mengikis. Hati-hati saja.
Saya tidak percaya jika konstituen kholifah sikapnya tidak ramah. Saya telusuri dengan melakukan sharing dan diskusi kecil dengan timses dua calon. Diurut dari Berbaur melalui timsenya, tidak tahu kenapa pasangan ini begitu mudah menyalurkan gagasan-gagasan jangka panjangnya. Bahkan ide untuk pembangunan sudah dikonsep. Walau belum diketahui takdir pemenangnya. Berbaur tidak menarget perolehan kemenangan, asal menang meski hanya 25 %, dia bersyukur.Â
Sementara timses Kholifah menunjukkan prestasi-prestasi lama. Maklum cabup Kholilurraham pernah memimpin Pamekasan dulu. Dia menunjukkan keberhasilannya dengan beragam prestasi. Meski secara spesifik letek keberhasilan itu tidak dijelaskan secara rinci indikator keberhasilannya.
Di lain perbincangan, kemudian timses Kholifah ada menyoal tagline pasangan Berbaur yaitu pemimpin baru harapan baru. Timses berbaur menjawab karena pamekasan memang butuh pembaharuan. Setelah dibanting stir pertanyaan oleh Berbaur, kenapa Kholifah masanag tagline Politiknya Asri yakni Bersama Membangun Pamekasan, dia beralasan tidak jadi persoalan yang utama adalah menyatukan ulama.
Di lapangan, Berbaur dan Kholifah cukup getol turun ke masyarakat. kedua paslon ini sangat unik. Jika kholifah lebih melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat, dan pengusaha. Namun hal lain dilakukan Berbaur, justru banyak menyantuni orang lanjut usia (lansia).
Begitu juga dengan pidato politiknya ketika hadir ke undangan, Berbaur begitu mudahnya menjanjikan beberapa banyak gagasan pembangunan. Salah satu yang dimotivasi adalah kalangan pemuda. Pidata politik Kholifah sarat dengan nilai-nilai keagamaan. Bahkan sering disampaikan mengabdi kepada ulama dan kyai adalah jalan menuju ketenangan hidup.Â
Penulis berasumsi, pilkada yang utama adalah pendidikan politiknya. Dalam konteks ini tidak dipandanga calon manapun untuk ikut meramaikan. Entah pendukung partainya dan pengikutnya. Namun pendidikan poltiknya kepada masyarakat sama-sama dijalani. Pendidikan politik merupakan transformasi pengetahuan yang menunjukkan kedewasaan masyarakat terhadap calon yang dipilihnya tanpa embel-embel doktrin. Artinya masyarakat bisa mandiri, dan pilihannya bersandar pada komitmen dan kebijakannya.
Soal prestasi jabatan, Berbaur kalah pamor dengan  Kholifah. Sebab dia mantan DPR RI dan DPRD Pamekasan. Sementara Berbaur karir terakhirnya di DPRD Provinsi dan kepala desa bujur barat, kecamatan batumarmar. Kholifah diusung dari PPP, Gokar, Nasdem, Demokrat, dan Hanura. Berbaur disusung dari PKB, PAN, Gerindra, dan PKS.