Mohon tunggu...
Berita Nendank
Berita Nendank Mohon Tunggu... -

Himpunan Artikel, Berita, dan Opini Beberapa Mahasiswa FISIP UPNVJ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelecehan Seksual yang Kerap Dianggap Lumrah

3 Desember 2017   23:21 Diperbarui: 4 Desember 2017   00:32 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, berita mengenai pelecehan seksual semakin meningkat. Tak hanya melalui berita yang secara terang-terangan menguak ke media. Beberapa kasus pelecehan yang tak terangkat ke permukaan juga kerap ditemukan. Misalnya melalui curhatan pada timeline Line. Aplikasi chatting yang tak jarang justru menjadi tempat curhatan dan berbagi pengalaman atau bahkan cerita menghibur.

Entah perihal masyarakat yang tak paham cara menghargai atau pelecehan yang kini justru dianggap sebagai hal yang lumrah dilakukan. Hal ini yang masih menjadi tanda Tanya besar untuk saya.

Beberapa kasus yang diangkat justru tak jarang mendapat komentar yang malah menyudutkan korban. Seperti "makanya jangan pakai pakaian terbuka" atau "ya mbaknya terlalu cantik kali", cukup menghibur namun entah mengapa saya justru geram membacanya. Sudah menjadi korban kemudian disudutkan pula, seperti sudah jatuh lalu ditimpa tangga.

Nyatanya tak jarang si peleceh akan melecehkan korban-korban yang justru mengenakan pakaian tertutup bahkan berhijab. Misalnya, apa yang saya alami setiap kali saya melewati jalan utama tempat tinggal saya. Saya perempuan, pakaian saya tertutup, tidak membentuk badan, mengenakan jilbab dan saya tidak cantik. Saya kerap mendapatkan perlakuan yang tak mengenakan dari para laki-laki yang biasa 'mangkal' di ujung jalan. Berbagai ucapan yang tak sopan sudah tak lagi terhitung jumlahnya.

Terkadang tak hanya ucapan tak sopan yang saya terima. Parahnya, mereka kerap menggunakan 'assalamualaikum', salam yang berisi doa bagi umat muslim. Tentunya dengan nada menggoda dan merendahkan. Sangat menyedihkan, ketika ucapan yang berisikan doa justru digunakan untuk hal yang sangat tidak terpuji. Ketika saya menghindar bahkan tak jarang saya justru dihadang oleh mereka. Pilih jalan lain? Bagaimana saya bisa memilih jalan lain sedangkan jalan tersebut adalah satu-satunya jalan utama? Terbang maksudnya?

Mungkin hal ini terdengar hanya sebagai hal murah yang dibesar-besarkan dan tak penting. Namun nyatanya perlakuan seperti ini merupakan catcalling dan termasuk kedalam salah satu jenis pelecehan seksual. Tulisan ini tidak bercanda. Saya pun yakin, teman-teman, terutama wanita, akan merasa kesal ketika mendapat perlakuan seperti ini.

Saat ini, banyak hal-hal tabu yang justru dianggap lumrah. Pasalnya sebagian besar adalah hal-hal negative dan tidak terpuji. Tak jarang akan terdengar "ah itu mah biasa" atau "ya elah, biasa aja kali. Udah banyak yang kayak gitu." Mari berpikir kembali, ketika suatu hal negative justru dianggap hal yang lumrah dan biasa dilakukan, mau sehancur apalagi mental manusia-manusia  jaman sekarang? Bukan merasa sok suci. 

Saya berdiri untuk teman-teman yang mengalami kekerasan berbasis gender. Karena sudah saatnya, kesetaraan dan keadilan ditegakkan untuk bekerja sama membangun kehidupan yang lebih baik lagi. Wanita dan Pria ialah sama dan setara. Sudah saatnya pula, bahu membahu membangun dunia yang lebih baik tanpa mengenal perbedaan.

Penulis: Diah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun