Mohon tunggu...
Berita Nendank
Berita Nendank Mohon Tunggu... -

Himpunan Artikel, Berita, dan Opini Beberapa Mahasiswa FISIP UPNVJ

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjelajah di Fenomena "Kids Zaman Now"

17 November 2017   05:39 Diperbarui: 17 November 2017   07:00 33957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kids jaman now yang merupakan sebuah pelitiran bahasa dari "anak-anak jaman sekarang" memang sedang hangat diperbincangkan saat ini. Perlu ditekankan bahwa sebenarnya pun penulisan "anak-anak jaman sekarang" masih tidak sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, karena penulisan "jaman" seharusnya bertuliskan "zaman". Jaman adalah bentuk tidak bakunya, dan mungkin penggunaan kata tersebut dianggap lebih enteng diterima anak-anak.

Makna dari tiga suku kata tersebut sederhananya seperti ini, kalau anak-anak tidak melakukan hal tersebut bisa dikatakan anak-anak itu ketinggalan zaman. Hal tersebut yang dimaksudkan bisa apa pun. Entah makan disuatu cafe yang sedang hitz, menggunakan hape yang bermerek, drama dalam pertemanan, menyanyikan lagu yang sedang tenar, pacaran dan kejombloan, koreo dance yang keren atau joget yang lucu, pakaian, membuat atau menyebarkan meme ,berpergian dan lain-lain.

Tidak repot-repot menebak fenomena ini, tidak lama lagi Kids Jaman Now juga akan menghilang dengan sendirinya, mungkin lebih tepatnya sudah tidak zaman lagi. Sebuah kelucuan memang Kids Jaman Now yang sudah tidak zaman lagi, tapi ini lah yang terjadi, fenomena demi fenomena datang silih berganti. Contoh beberapa bulan lalu juga ada fenomena Eta Terangkanlah. Merupakan parodi dari sebuah lagu Terangkanlah milik Opick dengan sentuhan musik yang berbeda dan diisi dengan cuplikan goyangan yang menghibur.

Tidak Akan Ada Asap Kalau Tidak Ada Api

Ada satu hal cukup mendasar yang bisa dipetik dari fenomena Kids Jaman Now. Yaitu sebab-akibat, ya, ini seperti konsep dalam pembelajaran bahasa indonesia saat kita bersekolah dulu. Jika kita sterilkan Kids Jaman Now tanpa ada isi apa pun didalamnya dan hanya sebuah kalimat saja, apakah yang terjadi? Tentu tidak terjadi apa-apa. Tetapi apabila dimasukkan pacaran, hedonisme, kekinian, tentu itu menjadi suatu hal yang besar.

Inilah yang saya maksudkan, bahwa Kids Jaman Now ini sebenarnya membawa fenomena yang sudah ada sebelumnya, dan dengan munculnya Kids Jaman Now justru semakin menambah fenomena-fenomena itu menjadi booming. Jika permisalan itu masih rumit, saya akan beri contoh seperti ini. Pacaran itu sudah ada sejak lama, dan pacaran dilakukan oleh para remaja yang beranjak dewasa. Namun karena Kids Jaman Now tren pacaran itu semakin booming dan karena gadget yang dipegang anak-anak pula, anak-anak akhirnya beranggapan itu hal yang keren. Jadilah anak-anak setingkat Sekolah Dasar sudah memiliki drama percintaan yang dramatis. Kembali lagi ke konsep Kids Jaman Now, artinya tidak pacaran berarti ketinggalan zaman. Begitu juga dengan perilaku Hedonisme dan kekinian serta perilaku lainnya.

Harus kah Kids Jaman Now disosialisasikan berbahaya dan diblokir sebagai tindak pembawa pengaruh buruk? Tentu tidak, pun Kids Jaman Now akan memudar sendiri nantinya. Kids Jaman Now tidak mengajarkan hal buruk, tetapi fenomena didalamnya lah yang memperburuk citra Kids Jaman Now tersebut. Kids Jaman Now bisa saja berisi tentang tren mendapatkan beasiswa, tren memenangkan kejuaraan akademik, tren prestasi olahraga, dan lain-lain. Sehingga fenomenanya lah yang perlu dipositifkan agar kesan Kids Jaman Now bukan seolah lucu tapi menjerumuskan secara perlahan.

Kids Jaman Now dan Tayangan Televisi

Kids Jaman Now dan Sinetron, keduanya berkaitan, sinetron sebagai penumbuh fenomena atau tren dan Kids Jaman Now sebagai penyalurnya. Tidakkah kita sadari bahwa tren glamour, tren pacaran, itu berasal dari sinetron. Sinetron memperlihatkan tayangan-tayangan yang percintaan, anak-anak sekolah membawa kendaraan super mewah, berpergian kesana-kemari. Dan itu akhirnya menjadi realitas penontonnya, yakni anak-anak. 

Akhirnya anak-anak ikutan memiliki kisah percintaan, mengemis kepada orang tuanya agar dibelikan kendaraan yang diinginkan, makan ditempat mewah dan lain lain. Disisi lain juga merupakan kesalahan orang tua lengah membiarkan anaknya menonton sinetron yang bahkan mereka sendiri belum tentu tahu artinya.

Tidak kah kita sadari pula anak-anak kini penuh dengan kosa-kata dan celetukan yang tidak baik. Sumber fenomena lain adalah tayangan komedi. Mengapa demikian? Karena menurut saya tanyangan komedi sekarang tidak sebaik dahulu. Sebut saja ada sebuah acara lawak yang banyak dikritik orang, disalah stasiun televisi yang saya tidak sebutkan namanya. 

Disuatu kesempatan seminar yang saya datangi, Yuliandre Darwis (ketua KPI) sebagai pembicara kala itu, ia mengatakan acara itu tidak melanggar aturan penyiaran indonesia. Ia juga menambahkan bahwa jelas penyangan nya tersebut juga telah berlabel R-BO (Remaja-Bimbingan Orang tua) selain itu ia juga memberi penjelasan-penjelasan lainnya mengapa acara tersebut diperbolehkan tayang.

Seperti dicuci otak saya kala itu, adakalanya benar yang disampaikan ketua KPI tersebut. Namun seketika saya ingat dengan pendapat Haji Bolot sebagai pelawak senior indonesia. Ia mengatakan bahwa acara-acara lawak sekarang itu bukanlah melawak, melainkan bercanda. Dan saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan beliau, bukankah seperti itu yang diperlihatkan acara lawak saat ini. Sehingga tidak perlu heran mengapa candaan anak-anak kini kadang tidak berbobot.

Social Media

Berbicara fenomena Kids Jaman Now, media sosial lah sebagai inangnya. Instagram terutamanya sebagai social media yang paling mendominasi dari social media lain. Postingan atau unggahan siapa pun bisa dilihat (terkecuali akun yang dikunci). Terlebih bahkan menjadi mudah apabila menggunakan tagar Kids Jaman Now dikolom pencarian dan seketika kita dapat mengetahui apa yang sedang tren saat ini.

Sisi buruknya apabila tagar dan unggahan Kids Jaman Now diisi dengan hal-hal yang tidak bermakna dan positif. Tidak menutup kemungkinan tren negatif juga berkembang dikalangan anak-anak. Seperti contoh, unggahan dengan tagar Kids Jaman Now dan gambar atau video diunggahan tersebut berupa seseorang yang sedang makan ditempat mewah, atau menggunakan pakaian yang tak pantas, atau membuat parodi tidak berbobot, atau kebut-kebutan saat berkendara.

Realita

Sebenarnya secara kasar Kids Jaman Now tidak akan berpengaruh apabila kita memiliki ketidak pedulian. Sebuah realita bisa diterima apabila hadir sebuah empati didalamnya. Maksudnya adalah Kids Jaman Now seperti tren hedonisme tidak perlu dicontoh tohkita masih hidup juga kalau tidak hedonisme. Anak-anak tidak perlu mengikuti tren pacaran, toh jika tidak pacaran pun mereka tetap aman-aman saja, bahkan masa kecilnya terselamatkan bahagia bermain bersama teman dan giat belajar tanpa memikirkan kisah percintaan.

Pengawasan                                    

Dari pengaruh baik dan buruknya fenomena Kids Jaman Now ini tetap saja harus mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak, terlebih orang tua. Orang tua sebagai institusi yang paling kecil dan paling dekat dengan kita harus menjadi pengawas bagi pengaruh fenomena-fenomena sejenis yang akan datang.

 Orang tua memberikan bimbingan mana baik yang patut dicontoh dan mana yang buruk harus dihindari adalah langkah awal yang perlu dilakukan. Sementara itu lembaga pemerhati anak dan semacamnya juga bisa turut berperan memberikan wejangan terkait fenomena-fenomena yang sedang naik daun. Seperti yang dilakukan Kak Seto sebagai Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak ia menyampaikan wejangan tentang Kids Jaman Now bahwa fenomena seperti ini harus diisi dengan hal positif.

Disisi lain fenomena-fenomena seperti ini tidak juga harus dibatasi penuh. Tetapi apabila bisa dimanfaatkan untuk hal yang positif seperti yang saya katakan diawal, maka tidak salah dilakukan. Karena anak-anak pun dan bahkan semua orang butuh aktualisasi diri dan hiburan bukan? Tetapi alangkah baiknya jika aktualisasi diri dan hiburan yang dibuat adalah yang berbobot, mendidik dan tidak berpengaruh buruk.

Penulis : Irfan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun