[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Sumber: beritajakarta.com"][/caption] Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, telah meresmikan gedung pengolahan lumpur (decanter) milik PT Aetra Air Indonesia. Gedung yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 22 miliar ini tidak hanya bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi warga yang tinggal di timur Jakarta. Tapi, juga memiliki alat yang mampu memproduksi limbah lumpur menjadi batu bata. Ahok sangat mengapresiasi pembangunan gedung pengolahan lumpur tersebut. Terlebih, kebutuhan air bersih bagi warga Jakarta di bagian timur sangat tinggi, mengingat padatnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. "Saya ingin meyakinkan pemegang saham Aetra, saya menaruh harap untuk sisi timur Jakarta," katanya di kantor PT Aetra Air Jakarta, Jl Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Selasa (12/5). Melihat manfaat mesin pengolahan lumpur yang sangat besar, Ahok pun berencana akan menyuruh PDAM Jaya untuk membangun gedung serupa. "Ini kemurahan kalau untuk DKI. Rp 20 miliar kita bisa bangun 50 pengolahan lumpur. Orang UPS saja kita beli Rp 1 triliun lebih," cetusnya. Basuki juga berharap sinergitas dapat terus ditingkatkan dalam hal pelayanan air bagi warga. Namun, semuanya dalam kerangka bisnis. "Kalaupun harus kami beli, perjanjiannya business to business," paparnya. Sementara itu, Presiden Direktur Aetra, Mohamad Selim menjelaskan, pihaknya mengelola gedung decanter ini dengan didukung 1 alat pengolahan lumpur di Pulogadung, dan 1 lainnya di kawasan Buaran. "Tahun depan, kami berencana ada 4 alat pengolahan lumpur (decanter) yang berfungsi," jelasnya. Menurut Selim, decanter awalnya tidak dipakai oleh PDAM, tapi oleh perusahaan minyak sawit. Namun, berkat inovasi yang dilakukan, pihaknya pun bisa menggunakan alat tersebut untuk kepentingan lain yang lebih bermanfaat. "Kita berinovasi dan nekat. Pertama kali kita pasang di Buaran, dan ternyata bisa," tuturnya. Ia menambahkan, PT Aetra juga telah melakukan penelitian, bahwa lumpur dari hasil limbah nantinya dapat dibuat bata. "Katanya di kecamatan itu ada grup tertentu, kami akan kerja sama dengan kelompok itu," imbuhnya. Ia menyebutkan, kapasitas alat pengolahan lumpur ini mencapai 3,2 ton/jam untuk 2 alat yang tersedia. Prosesnya diawali dengan sludge basin atau bak penampungan lumpur. Setelah itu masuk ke dalam decanter yang merupakan pemisah komponen padatan dan air dalam lumpur. Tahap berikutnya di conveyor yang berupa lintasan panjang dan banyak putaran untuk mengangkut lumpur dari decanter ke dump truck. Pengolahan lumpur berakhir di dump truck yang akan mengangkut lumpur yang sudah tidak bisa digunakan. Sejauh ini lumpur baru dimanfaatkan untuk melakukan pengurukan. Sumber: beritajakarta.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H