Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penyuka seni dan olah raga tetapi belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, Selandia Baru.

Penikmat tulisan, foto, dan video

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ole, Manchester United, dan Inggris

20 Agustus 2019   07:21 Diperbarui: 20 Agustus 2019   19:18 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ferdinand, Wan-Bissaka, dan Maguire memang pemain bagus tetapi bukan dibeli dari klub beken dan belum bertatus bintang besar seperti halnya Pogba atau Di Maria. 

Bagi saya harga mahal bisa diterima jika hasilnya sepadan dan bermanfaat untuk waktu yang lama apalagi itu seorang englishman.

Selain perekrutan "anak bangsa", Ole juga menaikkelaskan "pemuda setempat" alias pemain-pemain akademi United. Tuanzebe, Greenwood, Gomes, Chong, dan Garner sudah dicoba bermain di tim utama. 

Greenwood dan Gomes tampaknya menjadi yang paling siap untuk melapis first eleven United di musim ini setelah tampil mengesankan di pertandingan pra musim. 

Hal ini tentu mengingatkan saya lagi akan tradisi United yang berlangsung dari zaman Sir Matt Busby hingga Sir Alex Ferguson. Busby selalu mengandalkan pemain "lokal" binaan klub yang dijuluki Busby babes oleh jurnalis Tom Jackson. 

Bahkan pasca kehilangan pemain-pemain utamanya dalam kecelakaan pesawat di Munich 1958, United berhasil kembali berjaya empat tahun kemudian dengan pemain-pemain Inggris raya yang direpresentasikan oleh Bobby Charlton, Denis Law, dan George Best. 

Kritikan "you can't win anything with kids" dari mantan bek Liverpool, Hansen, di tahun 1995 tidak pula menggagalkan cerita sukses Ferguson memenangi trofi dengan sekumpulan bocah berjuluk The Class of 92. 

Tentu saja Solksjaer belum menambah koleksi trofi di galeri United dan tidak ada jaminan untuk itu. Tetapi gelagatnya membuat saya kembali bersemangat untuk menanti episode selanjutnya dari Manchester United. 

Bahkan saya akan memaklumi jika United tidak juga berhasil merebut trofi English Premier League musim ini asal berhasil membangun struktur tim yang kuat untuk musim-musim berikutnya. 

Inilah klub yang saya mau. Beginilah seharusnya liga yang saya mau, dimana anak-anak lokal tampil di panggung utama, bukan hanya jadi penonton di bangku cadangan atau di liga-liga kelas bawah. 

Fanatisme klub saya masih kalah dengan fanatisme untuk tim nasional Inggris. Untuk apa United merengkuh trofi tetapi yang mengangkatnya adalah tangan-tangan pemain asing? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun