Hidup adalah memilih dalam keyakinan
Saya sempat merintis karir sepakbola di usia muda. Pada usia 11 saya sudah mengikuti turnamen Sekolah Sepak Bola pertama bernama Piala Djamiat Dalhar di Yogyakarta tahun 1991. Namun bak ungkapan lama, “layu sebelum berkembang”. Tanpa bermaksud mencari kambing hitam, saya hanya ingin menyaksikan bahwa salah satu pertimbangan mundur dari titian karir adalah karena tidak jarang pertandingan dan latihan digelar pada hari Sabtu. Sementara dalam keyakinan kami, hari ketujuh itu adalah Sabat yang harusnya menjadi hari perhentian dari hal-hal yang bersifat profesi (bekerja/mencari nafkah). Tentunya sulit bagi saya untuk selalu meminta izin tidak berlatih pada hari Sabtu dan nyaris tidak mungkin meminta federasi dan penyelenggara turnamen agar menyesuaikan jadwal pertandingan dengan keyakinan saya.
Keputusan yang lebih ekstrim juga pernah dilakukan Carlos Roa, kiper utama tim nasional Argentina di Piala Dunia 1998, dengan pensiun dari sepakbola di puncak karirnya karena Sabat. Saya pun berdiri di sisi yang sama dengan Jannah, keyakinan adalah yang utama dan life must go on. Hidup adalah memilih dalam keyakinan, tetapi komunikasi dan pemahaman jangan sampai menjadi batu sandungan setelah melalui perjalanan panjang yang penuh peluh, apalagi itu karena kebiasaan tidak tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H