Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ dan melayani publik di Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, Konsep Pendidikan Orisinal Indonesia Yang Tertukar

23 Oktober 2024   01:13 Diperbarui: 30 Oktober 2024   14:34 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prinsipnya, anak-anak harus merasa merdeka dalam belajar. Merdeka menggali minat dan bakatnya. Merdeka dari rasa takut dan tertekan di sekolah. Sebaliknya, menikmati proses belajar di sekolah sehingga tanpa sadar menyerap pelajaran-pelajaran yang diberikan.

Anak-anak harus merasa merdeka dalam belajar. Merdeka menggali minat dan bakatnya. Merdeka dari rasa takut dan tertekan di sekolah.

Salah satu indikatornya terlihat ketika anak merasa senang masuk sekolah dan sebaliknya, justru tidak senang saat libur tiba. Ini bukan lelucon, ini dialami anak-anak saya dan anak-anak di Selandia Baru lainnya. Mereka bersemangat untuk pergi ke sekolah dan kesal jika libur tiba. Mereka suka keseruan beragam aktivitas di sekolah sehingga merasa bosan jika harus libur di rumah. Sebuah fenomena yang terbalik yang terjadi di dalam negeri.

Lebih dalam saya mengulas seluk beluk pendidikan dasar Selandia Baru di artikel ini: "Sekilas Pendidikan Dasar di Selandia Baru yang Terlihat Santai Tapi Berkualitas", (klik untuk baca).

Konsep global

Ternyata prinsip-prinsip yang tak jauh beda dengan Selandia Baru juga diterapkan di negara-negara maju lainnya seperti Finlandia, Swedia, Korea Selatan, dan Jepang. Barometernya? Kualitas pendidikan mereka diakui dunia yang ditandai dengan ranking kualitas pendidikan mereka jauh di atas Indonesia.

Bahwa sistem mereka belum tentu cocok dengan kultur Indonesia, benar! Bahwa karakteristik geografi, demografi, dan teknologi di negara mereka berbeda dengan Indonesia, juga benar! Pasti tidak seluruhnya konsep pendidikan negara-negara maju bisa di-copy paste tetapi prinsip dasar yang bersifat universal bisa menjadi dasar berpijak.

Perkembangan otak, motorik, dan kognitif anak misalnya, itu universal. Lamanya anak bisa berkonsentrasi juga universal. Waktu yang dimiliki oleh setiap anak juga sama di seluruh dunia, yakni 24 jam.

Jika seorang anak menghabiskan 5 jam di sekolah, plus 3 jam mengerjakan PR dan les tambahan termasuk waktu di perjalanan, maka sisa waktu anak di rumah untuk bermain, bercengkerama dengan keluarga sambil belajar adab dan budi pekerti tentu relatif tinggal 1-2 jam sehari belum dipotong makan dan mandi.

Itu sebabnya, negara-negara maju memperlambat mulainya pelajaran calistung pada anak usia dini. Mereka menyediakan taman bermain hingga untuk murid SMP lalu menyiapkan spesialisasi murid lebih cepat di tingkat SMA untuk menghadapi dunia nyata, pekerjaan.

Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara

Ah, itu kan konsep barat! Baik. Sejenak kita lupakan konsep pendidikan negara maju. Kita coba gali akar pendidikan bangsa dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara dikenal memiliki konsep pendidikan holistik yang meliputi olah rasio, olah rasa, olah jiwa dan olah raga. Proses pembelajaran berpusat pada murid dan dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan, serta menyenangkan.

Ki Hajar Dewantara memperkenalkan sekolah "tanpa perintah dan sanksi". Sekolah diciptakan menyenangkan dengan sifat pamong dari para pendidik. Ki Hajar Dewantara mencita-citakan pendidikan yang memerdekakan manusia. Manusia merdeka ditandai dengan selamat raganya dan bahagia jiwanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun