Semakin banyak pengolahan yang dilakukan dengan keterlibatan teknologi, termasuk zat kimia, tentu semakin tidak baik untuk kesehatan tubuh disamping memakan biaya lebih besar.
Oleh karena itu, kebersihan air dijaga sejak awal agar tidak memerlukan terlalu banyak pengolahan di akhir. Logika yang sederhana sebenarnya.
Ketahanan menghadapi bencana
Hal lain yang menarik adalah antisipasi bencana berikut sosialiasi panduan bagi warga. Saat piknik ke sebuah taman, saya melihat sebuah Stasiun Air Komunitas atau Air Darurat. Poster panduan berbentuk infografis dipajang di sana.
Stasiun Air Komunitas atau Air Darurat adalah cadangan air yang dibangun rata-rata di setiap radius 1-2 kilometer di pemukiman penduduk. Sebagian stasiun menggunakan sumur dan sebagian lagi mengambil air sungai.
Stasiun ini disiapkan sebagai cadangan untuk menyuplai air kepada warga jika terjadi keadaan darurat. Poster besar terpajang, berisi hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dan dilakukan warga saat terjadi bencana.
Misalnya jika terjadi gempa, warga diperingatkan untuk menyimpan air sekitar 20 liter per orang per hari, setidaknya untuk tujuh hari pertama. Selanjutnya di hari kedelapan, Stasiun Air Komunitas akan mulai menyuplai warga.
Mengingat sumber air tawar yang melimpah di sebagian besar wilayah Indonesia, rasanya metode dan strategi pengelolaan air minum seperti New Zealand bisa dilakukan. Setidaknya untuk beberapa kota yang masih mudah untuk ditata. Butuh waktu, pasti. Keseriusan adalah kunci. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H