Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ dan melayani publik di Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Air Tersedia Gratis di Alam tetapi Sulit Mengelolanya?

22 November 2023   01:47 Diperbarui: 22 November 2023   15:37 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waduk penampungan dan pengambilan air Kaitoke Regional Park, New Zealand (Dokumentasi Pribadi)

Semakin banyak pengolahan yang dilakukan dengan keterlibatan teknologi, termasuk zat kimia, tentu semakin tidak baik untuk kesehatan tubuh disamping memakan biaya lebih besar.

Oleh karena itu, kebersihan air dijaga sejak awal agar tidak memerlukan terlalu banyak pengolahan di akhir. Logika yang sederhana sebenarnya.

Ketahanan menghadapi bencana

Hal lain yang menarik adalah antisipasi bencana berikut sosialiasi panduan bagi warga. Saat piknik ke sebuah taman, saya melihat sebuah Stasiun Air Komunitas atau Air Darurat. Poster panduan berbentuk infografis dipajang di sana.

Stasiun Air Komunitas atau Air Darurat adalah cadangan air yang dibangun rata-rata di setiap radius 1-2 kilometer di pemukiman penduduk. Sebagian stasiun menggunakan sumur dan sebagian lagi mengambil air sungai.

Stasiun ini disiapkan sebagai cadangan untuk menyuplai air kepada warga jika terjadi keadaan darurat. Poster besar terpajang, berisi hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dan dilakukan warga saat terjadi bencana.

Misalnya jika terjadi gempa, warga diperingatkan untuk menyimpan air sekitar 20 liter per orang per hari, setidaknya untuk tujuh hari pertama. Selanjutnya di hari kedelapan, Stasiun Air Komunitas akan mulai menyuplai warga.

Mengingat sumber air tawar yang melimpah di sebagian besar wilayah Indonesia, rasanya metode dan strategi pengelolaan air minum seperti New Zealand bisa dilakukan. Setidaknya untuk beberapa kota yang masih mudah untuk ditata. Butuh waktu, pasti. Keseriusan adalah kunci. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun