Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ dan melayani publik di Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selamat Hari Valentin, Nak! (Surat dari Daddy)

14 Februari 2022   20:56 Diperbarui: 15 Februari 2022   18:31 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi surat (Pixabay)

My dear...

Saat kau lahir, akulah yang memperkenalkan dunia kepadamu.

Semasa kau kanak-kanak, akulah yang mengajarkan segala pengetahuan kepadamu.

Waktu kau kecil, kau sangat dekat denganku.

Kau  minta kutemani bermain, meski kadang tak banyak waktuku.

-

Ketika kau beranjak remaja, akulah yang memberitahumu arti hidup.

Aku memperkenalkanmu pada hitam putihnya dunia manusia.

Aku memberitahumu tentang ilmu sosial.

Hubungan antar manusia dan segala konsekuensinya.

-

Kita masih dekat saat kau remaja, meski tak sedekat masa kecilmu.

Sekuat tenaga, kupersiapkan jalan yang akan kau tempuh menuju masa depanmu.

Itulah saat-saat terakhir aku bisa dekat denganmu.

Sebab setelahnya, mulai terbangun duniamu yang baru.

-

Saat kau menjelang dewasa, aku tak lagi mengerti ilmu yang kau pelajari.

Aku tak bisa menggunakan telepon pintarmu, apalagi menjangkau dunia cyber-mu.

Kamus istilah-istilahmu tak kunjung kupahami. 

Aku tak bisa lagi mengendongmu pula menciummu, sesuka yang kumau dulu.

-

Kita semakin jarang bertemu.

Kau tak perlu lagi kuantar ke mana-mana.

Kau tak butuh lagi bantuanku.

Kau tak perlu lagi bertanya padaku setiap kali bertemu masalah.

-

Setelah kau dewasa, kita semakin berjauhan.

Di saat aku mulai membutuhkan pertolongan untuk melakukan beberapa hal kecil.

Saat dimana aku mulai memerlukan teman berbicara.

Saat aku butuh diajari hal-hal baru yang canggih yang sulit kumengerti.

-

Dunia kita seakan berjalan pararel.

Kita terbungkus dalam kapsul kehidupan masing-masing. 

Terlihat beriringan tetapi terpisah dua dunia.

Dunia berbeda yang tak saling bersilang.

-

Terkadang aku rindu anak kecilku.

Buah hati yang menyuntikkan semangat hidupku.

Bocah kecil yang lugu, juga lucu.

Tanggung jawab yang membuatku mampu berdiri teguh.

-

Tapi beginilah kehidupan.

Kita harus berpindah dari satu fase ke fase selanjutnya.

Jalanilah hidupmu dengan penuh harapan, Nak!

Sambut masa depanmu dengan penuh semangat!

-

Aku hanya perlu mempersiapkan diri menuju kehidupan selanjutnya.

Kehidupan baru yang aku pun belum paham betul.

Segala sesuatu memang ada masanya.

Kita tak bisa menahan sang waktu.

-

Ia yang mengantarkanku.

Ia yang menghadirkanmu.

Ia yang mengiringi kita.

Ia pula yang memisahkan kita.

-

Selamat hari Valentin, my dear!

My love will always be with you...

___

Daddy (1949-2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun