Jadi kalau kita harus buang air di tempat asing, coba cari dulu titik toilet via Google Map supaya tidak keliling-keliling sambil kebelet, selanjutnya perhatikan papan petunjuk yang mengarahkan ke lokasi toilet.
Kondisi dan fitur toilet di NZ bervariasi. Di beberapa tempat, terutama di kota atau dekat keramaian, toilet dilengkapi sistem elektronik untuk membuka dan mengunci pintu, termasuk penyiraman secara otomatis.Â
Pada toilet yang canggih malah ada musik yang otomatis terdengar saat pintu terkunci. Timer mengatur kuncian pintu selama sepuluh menit, lalu kunci terbuka dengan sendirinya diiringi suara peringatan. Jika kita masih belum selesai, pintu bisa dikunci kembali untuk sepuluh menit kedua.
Kebanyakan toilet umum juga menyediakan keran air siap minum. Jika tidak terhubung dengan jaringan air minum, peringatan pastilah terpampang jelas di atas keran "Not drinkable water".Â
Oh, iya, semua toilet umum di NZ itu gratis, termasuk yang ada di mal atau tempat pertunjukan. Hanya saja, seperti juga beberapa negara lain, New Zealand menganut sistem toilet kering.Â
Tidak ada yang namanya bak, ember, atau semprotan untuk cebok (automatic bidet) di semua toilet. Siapkan portable bidet (botol cebok) sendiri jika Anda merasa perlu.
Biaya
Sebenarnya urusan toilet umum di sana itu jatuhnya lebih ribet karena wajib menyediakan toilet paper alias tisu toilet. Belum lagi tisu untuk lap tangan atau mesin pengering.Â
Tisu toilet itu vital dan fatal karena tidak adanya bidet atau air untuk cebok. Bayangkan kalau stok tisu sempat habis, apa yang kira-kira Anda lakukan setelah buang air besar?Â
Itu sebabnya saat lockdown diberlakukan akibat Covid-19, salah satu barang yang lebih dulu habis diborong orang adalah tisu toilet.
Ada satu lagi fasilitas toilet yang tak kalah pentingnya, yaitu tempat pembuangan pembalut wanita (sanitary disposal). Jelas itu penting, bukan? Selama ini, ibu-ibu dan mba-mba kalau di tempat umum, buang pembalut bekas pakainya dimana? Di tempat sampah? Pfffh….