Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Covid-19 Indonesia: Sekarang Fase Memperkecil Dampak, Bukan Lagi Pencegahan

6 Juli 2021   15:35 Diperbarui: 15 Agustus 2021   07:20 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurva kasus baru COVID-19 di Indonesia|JHU CSSE COVID-19

Lockdown bukan aspirin, kata peneliti Vinay Prasad. Menurutnya, lockdown bisa menimbulkan permasalahan yang kompleks tergantung kondisi daerah. Lagi pula, lockdown hanya berdampak pada daerah yang jumlah kasusnya sedikit dan kepadatan penduduk yang rendah.

Mengingat kondisi demografi Indonesia, sulit rasanya memberlakukan lockdown atau pun sejenisnya, tanpa mengorbankan masyarakat ekonomi lemah lalu memicu kekacauan. Pekerja sektor informal kita lebih banyak dari sektor formal. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut ada 78,14 juta pekerja informal pada Februari 2021.

Masih banyak masyarakat kita yang mencari makan dengan pendapatan hari itu juga. Negara jelas tidak mampu mengganti pendapatan penduduk yang hilang. Lockdown berarti tidak makan. 

Belum lagi jika menghitung pelanggaran-pelanggaran pada masyarakat kita yang sulit dikendalikan, seperti yang terjadi selama ini. Dengan demikian, lockdown atau pun sejenisnya, diprediksi tidak akan signifikan menekan kasus baru.

Fase memperkecil dampak

Dalam manajemen gawat darurat, langkah-langkah yang disarankan para ahli di atas bisa digolongkan pada fase pencegahan, dalam hal ini terhadap ancaman tsunami Covid-19. 

Jika menggunakan analogi bencana banjir, upaya-upaya ideal untuk pencegahan memang bisa dilakukan dengan reboisasi di daerah hulu, mengubah aturan perlindungan hutan, normalisasi atau naturalisasi sungai, sembari menggiatkan kampanye dan pengawasan terhadap pembalakan liar dan pembuangan sampah sembarangan.

Tetapi upaya-upaya tersebut butuh waktu yang tidak sebentar. Jika musim hujan terlanjur tiba dan upaya-upaya tersebut tidak berjalan maksimal sesuai rencana, apa yang terjadi? Air akan langsung diteruskan ke hilir.

Kota yang terletak di hilir tidak punya pilihan selain menerima banjir kiriman tersebut. Fase pencegahan sudah lewat, saatnya fase memperkecil dampak. Konsentrasi bisa dialihkan pada penyiapan waduk-waduk untuk menampung air atau codetan-codetan untuk mengatur aliran air.

Pompa-pompa diperbanyak untuk mengeluarkan air dari cekungan. Bahan kebutuhan pokok disiapkan bagi warga yang kehilangan nafkah. Petugas dan peralatan pun disiagakan untuk mengevakuasi warga yang terjebak dan selanjutnya untuk proses pemulihan pascabanjir.

Begitulah pandemi ini. Virus Sars-CoV-2 sudah menyebar dalam jumlah besar. Jumlah yang terkonfirmasi positif itu belum termasuk para OTG (orang tanpa gejala) yang berkeliaran seperti biasa sambil menulari orang lain. Metode penghitungan epidemiologi menggambarkan pola penularannya seperti pohon dimana virus tersebar secara berlipat ganda.

Benar bahwa masker dan jaga jarak bisa menghambat penularan virus, tetapi penularan juga banyak terjadi dari pintu, kursi, meja, dinding, pulpen, paket, makanan, intinya semua benda yang tersentuh tangan. Sementara itu, vaksin tidak serta-merta memberikan kekebalan tubuh, malah varian-varian virus baru sudah bermunculan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun