Akibat perkembangan tersebut, kota tidak lagi dianggap hanya sebagai pintu masuk, embarkasi, atau transit dalam sebuah perjalanan, tetapi justru sebagai daya tarik dan tujuan wisata tersendiri (Postma, Buda dan Gugerell, 2017).
Pariwisata kontemporer
Yang dan Khoo-Lattimore (2018) melakukan penelitian terhadap pariwisata kontemporer yang berkembang di negara-negara Asia.Â
Lima tren pariwisata kontemporer di Asia adalah perjalanan intraregional (mengunjungi daerah tetangga yang masih satu benua), petualangan mencari pengalaman baru, wisata kebugaran, wisata wanita, dan wisata Islami.
Tren pariwisata kontemporer diperoleh dari analisis perilaku wisatawan Asia terhadap destinasi di berbagai negara di dunia. Perjalanan wisata ini mencakup reuni etnis, mengunjungi kerabat, wisata fotografi, wisata spa, safari anggur, dan alasan keagamaan.
Wisata kontemporer memiliki irisan besar dengan wisata perkotaan karena aktivitasnya bisa dilakukan di lingkup kota.
Pariwisata memiliki pengaruh yang kuat terhadap proses urbanisasi dan dimana kota berperan di tingkat daerah sebagai pintu gerbang atau pusat kegiatan pariwisata untuk seluruh wilayah.
Ismail dan Baum (2006) yang mengutip pernyataan Mullins, mencatat bahwa sebagian besar kota besar di Asia Tenggara mengakui bahwa mereka dapat memanfaatkan pariwisata sebagai sarana untuk memperluas peluang konsumsi melalui permintaan wisatawan.
Menangkap peluang
Tanpa memiliki kekayaan alam atau pun budaya yang luar biasa, sebuah kota bisa meraup pasar pariwisata, dengan wisata buatan seperti galeri, festival, wahana permainan, dan sudut-sudut kota yang instagrammable.
Untuk mengambil peluang tersebut, para pelaku politik di pemerintahan harus menyediakan lingkungan yang kondusif bagi perekonomian pariwisata seperti menyediakan infrastruktur pariwisata.
World Economic Forum mengungkapkan bahwa di berbagai perekonomian, segmen pendapatan, dan daerah, peningkatan daya saing berkaitan dengan kinerja dalam enam pilar berikut ("The Travel," 2019): Prasarana transportasi udara, kesiapan TIK (teknologi informasi dan komunikasi), daya saing harga, keterbukaan internasional, prioritas perjalanan dan pariwisata, keselamatan dan keamanan.
Jika sebuah kota ingin menangkap peluang urban tourism, maka keenam aspek diatas haruslah menjadi prioritas untuk ditingkatkan.