Menariknya, pengunjung atau turis sekalipun diperbolehkan mencicipi sekolah selama maksimal tiga bulan meski tanpa mengantongi visa pelajar! Sementara anak-anak yang orang tuanya mendapat visa tinggal sementara juga dipersilakan belajar di taman kanak-kanak dan sekolah dasar negeri secara gratis selama visa berlaku. Ya, gratis alias tanpa biaya, kecuali untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang juga tidak jadi kewajiban.
Seragam dan zonasi
Sekolah-sekolah negeri di Selandia Baru pada umumnya tidak memberlakukan seragam. Anak-anak bebas menggunakan pakaian apa saja ke sekolah, bahkan sepatu pun tidak wajib. Hanya pada musim panas, para murid diinstruksikan untuk menggunakan topi saat berada di luar gedung.
Selandia Baru juga menerapkan sistem zonasi sekolah. Artinya, anak dianjurkan bersekolah di sekitar tempat tinggal mereka. Setiap sekolah wajib menyediakan tempat bagi anak-anak di lingkungannya. Jika ingin sekolah di luar zona tempat tinggal, boleh saja, tetapi anak harus mengajukan permohonan dan sekolah yang dituju juga tidak wajib memberi tempat melainkan tergantung ketersediaan kapasitas.
Kurikulum
Satu hal yang unik adalah bahwa Selandia Baru memiliki dua kurikulum nasional. Kurikulum pertama disebut The New Zealand Curriculum yang diterapkan oleh sekolah-sekolah berbahasa Inggris secara umum, sementara sekolah berbahasa Maori (suku asli Selandia Baru), menggunakan kurikulum berbasis filosofi Maori yang disebut Te Marautanga o Aotearoa.
Pada pendidikan dasar, kurikulum pendidikan di Selandia Baru fokus pada dasar pembelajaran di berbagai mata pelajaran dan kompetensi tetapi terutama dalam literasi dan berhitung. Kemudian pada pendidikan menengah, mereka belajar kurikulum yang luas dan seimbang, dengan beberapa spesialisasi di Year 11-13.
Sederhananya, anak-anak di sekolah dasar diajarkan hal-hal dasar dari setiap ilmu. Tidak melebar kesana-kemari tetapi fokus pada hal-hal mendasar yang perlu diketahui anak pada setiap tingkatan usianya.
Guru meminimalisir pekerjaan rumah alias PR. Kalau pun ada, biasanya berupa proyek menulis, membaca dan membuat resensi buku atau proyek kreativitas. Prinsipnya, anak belajar akademik, ya, di sekolah. Sementara rumah adalah tempat untuk belajar kehidupan bersama keluarga.
Anak-anak tidak pernah membawa tas berat. Semua buku-buku pelajaran dan alat tulis disimpan di kelas. Anak hanya perlu membawa perlengkapan diri seperti topi, jaket, makanan, minuman dan kebutuhannya yang lain setiap kali berangkat ke sekolah.
Visi kurikulum pendidikan Selandia Baru terasa impresif, yaitu "Orang muda yang percaya diri, terhubung, terlibat secara aktif, dan pembelajar seumur hidup" (Ministry of Education, 2015).
Prinsip dasar yang ditetapkan adalah "Harapan tinggi, Perjanjian Waitangi, Keanekaragaman budaya, Inklusi, Belajar untuk belajar, Keterlibatan komunitas, Koherensi, Fokus masa depan".
Kompetensi kunci pendidikan Selandia Baru juga sangat riil: "Kemampuan untuk hidup dan belajar seumur hidup". Menurut mereka, ada lima kompetensi kunci pendidikan:
- berpikir;
- menggunakan bahasa, simbol, dan teks;
- mengatur diri sendiri;
- berhubungan dengan orang lain;
- berpartisipasi dan berkontribusi.